Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

17 December 2009

Silahkan saja

Silahkan pemerintahan hancur karena politiknya, namun kreatifitas tidak akan pernah musnah dengan politik.

Silahkan saja Bumi hancur, namun pohon-pohon keadilan akan terus berdiri kokoh.

Silahkan para aktivis berteriak, namun mereka takkan mampu mengalahkan gejolak diam.

Silahkan berbuat apapun yang kalian mau, namun itu takkan mampu mengalahkan perisai hidup yang mulai kokoh.

13 December 2009

Eksploitasi Tanpa Henti

Alam semesta sebagai bahan ajar bagi sebuah pendidikan. Bukan ajang eksploitasi bagi penggembala-penggembala intelektual.

Mengenal ke-Esa-an Tuhan, mencintai keagungan ciptaan-Nya adalah naluriah manusia dalam memperjuangkan rasa syukur yang sedemikian tak terhingga rahmatnya. Selalu berlaku adil dalam memperjuangkan kebenaran.

Eksistensi kelestarian alam merupakan seruan yang harus dikumandangkan. Tentunya dengan pola kreatifitas dan inovasi dari masing-masing individu dalam berkarya.

20 November 2009

Dalam Tekanan Biosfer

Bersahaja dengan senyum kebohongan. Tiap kali berada pada sisi simetris. Terasa mengulang dan berulang tanpa spirit yang seharusnya ada.

Pagi hanya menjadi pesakitan dan enggan menjadi kawan dekat. Mencari masa silam yang tiada waktu untuk berefleksi. berlari dan berlari, sampai waktu tak pernah singgah di kepala.

Kini ada rutinitas yang terbentuk dari lingkaran kelahiran. Menjadi tanggung jawab perih dalam keseharian. Namun, aku harus bertahan... Meski jiwa bukan di tempat ini.

13 November 2009

Kereta Satria Part 2

" Hilang?"
" Dia Menghilang!"

Alam semesta tak terbendung kala amarah lepas dari dasar perut bumi. Menghancurkan segala bentuk peradapan. Meniadakan segala keseimbangan dengan pelampiasan tanpa pandang rona warna-warni kehidupan.

Takluk di atas sajadah. Tangan menengadah ke atas. Memohon ampun pada-Nya.

Satria berdiri dalam bingkai ketidakpastian. Menyesali setiap masa demi masa yang telah berlalu. Menjadi sejarah dalam sebuah masa depan yang bisu. Membuat dirinya terdampar dalam pasir-pasir kenistaan.

Sebuah mimpi dari kereta. Tatkala Satria tersentak oleh berisik pasar tengah kota. Pasar tradisional yang terkikis oleh keberadaan SuperMarket penuh merek. Dalam keberadaannya, pasar ini menjadi simbol perjuangan kaum tirani dalam mempertahankan keutuhan kasih sayang alam semesta. Alam menyediakan semua, dalam merek ke-Esa-an.

03 November 2009

Ruang Bersekat

Tembok, tembok dan tembok... berseragam, bermoral, berbudi dan beragama katanya. Meniti ketidakpastian dalam ruang bersekat, membosankan. Tapi itu tantangan.

Lima hari dalam seminggu bersama maha guru. Menjalani rutinitas tanpa ruang kebebasan, berusaha tegar dan tersenyum, meski membosankan. Tapi harus tetap semangat.

Hidup tak selamanya berpetualang. Adakalanya berada pada ruang kejemuan. Melihat dan merefleksikan keberadaan. Dan bersyukur dalam keterbatasan, serta ikhlas dalam segala hal.

01 November 2009

Kereta Satria

Ribuan jarak kilometer ditempuh dalam selang waktu yang berbeda. Mengutarakan apa yang berada dalam kalimat demi kalimat. Menyusuri setinggi perumpamaan kata di pejam kilau cahaya.

Kusampaikan ucap selamat tinggal pada kediaman. Rumah masa kecil yang selaras dengan keadaan pedesaan. Ruang dan waktu yang terus saja berlalu tanpa pernah dimengerti.

Salam yang terjawab, waalaikum salam.

Perlahan Mengenal Diri

Setiap orang punya potensi dalam mengembangkan segala kreatifitas. Membaur dalam rana sosial dan berprestasi dalam tanggungjawab.

Kemapanan tidak menjamin seseorang itu berhasil. Kecerdasan hanya akan berkarat tatkala keinginan membius dalam langkah sia-sia. Setiap manusia punya kesempatan untuk perubahan hidupnya.

Perlahan difinisi kegalauan akan pedesaan, keterbatasan dan kemiskinan, bukan menjadi halangan seseorang untuk mengejar cita. Bergerak dalam dimensi kebebasan dengan bahasa kejujuran, demi sebuah pencarian arti kehidupan.

21 September 2009

Aktifis dan Pembalak adalah Penjarah Hutan

Kayu balok tercecer di sebuah desa. Tersayat halus oleh goresan perajin bangunan. membentuk bidang kubus berejejer rapat. Di desa tersebut aku menempatkan sisa waktuku kala berusia senja.

Pemabalakan liar, penggundulan hutan, degradasi air, dan banjir di sebuah kota selaras panjang garis khatulistiwa. Kudengar hasil jarahan kayu telah berubah menjadi balok-balok. Menyisir dalam lingkaran kehancuran. Mungkin kayu-kayu ini adalah bagian dari hasil keindahan sang pembalak.

Kujauhkan pandangan dalam ruang publik penjarah. Aku menatap bangunan indah ini. Bangunan dengan ciri khas pedesaan. Bangunan pendidikan lingkungan, penuh anak muda, dan hampir tiap tahun para pelancong datang dan berkunjung disana.

Bersuara lantang tentang penyelamatan lingkungan. Berproses melakukan kelestarian lingkungan. Teriakan dari dalam bangunan kayu berbalok. Teriakan keseharian sebagai rutinitas kerja.

Kinerja para aktifis dalam bangunan tersebut menghasilkan gaji yang lumayan tinggi bila dibandingkan dengan para penjarah hutan. Penjarah hanya bisa beratap kayu dalam kehidupannya, sedangkan para aktifis beratap internet dalam kehidupannya. Penjarah berjuang untuk keluarganya, sedangkan aktifis berjuang untuk idealismenya. Penjarah hanya mengenal jenis kayu dan gergaji, aktifis hanya mengenal teriakan dan tulisan dalam kata-katanya di layar komputer.

.........#......

Kayu sebagai penyangga sang idealis untuk bekerja hanya akan menghasilkan ruang jatuh kala retak serangga mendatanginya. Sedikit demi sedikit akan menghujam dan roboh. "Sebuah bangunan memiliki usia tertentu" ujar sahabatku arsitek kala aku menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi.

Usiaku yang tidak lagi muda hanya sanggup berefleksi dengan bangunan kayu yang berada tepat 23 derajat lintang utara. Kayu tersebut mulai mengering, Seolah mengisyaratkan bahwa mereka yang didalam menjadi keniscayaan palsu sang peneriak idealis. Bahkan ubin yang berasal dari pasir-pasir penggerus sungai telah retak penuh lubang. Tak ada sisa bagi aktifis yang selalu berujar penyelamatan lingkungan tanpa mau mengenal sisi sekelilingnya.

Balok kayu dari keringat kaum pejuang kehidupan.
Bangunan kayu penuh dengan suara perjuangan.
Namun hutan, pohon dan alam akan selalu mengingatkan kita bahwa alam bukan hanya perjuangan atau diperjuangkan.
Alam butuh sentuhan alamiah dalam mengenal-Nya.

13 September 2009

Bertanya tentang sebuah harapan

Sejak berada di lingkungan yang baru. Linkungan dalam bias rona kehidupan. Nampak berjuta harapan dalam diri manusia berseragam.

Lintasan yang menjemukan, tak ada lagi sebuah perjalanan, takkan ada petualangan. Semua bagai liang yang terendap di tanah. Semua yang ada hanya akan membunuh harapan.

Akan tetapi banyak orang berharap dalam ruang kecil ini. Teriak di telinga seakan bergemuruh untuk tetap disini. Terikat oleh janji dan komitmen. Terbelenggu dan sesak dalam harapan lingkaran kelahiran.

Aku harus tetap bersemangat. Aku harus tetap tersenyum. Aku harus mencari sisi ini. dan pelan aku menemukan arti dalam menjaga hati. Menemukan sebuah harapan dari kehidupan harapan mereka. Semoga setiap harapan dari seseorang bisa membuat orang itu tersenyum.

02 September 2009

Garis Tabu Waktu Senja

Mereka berkata jauh, padahal belajar tidak mengenal jarak dan waktu.
Mereka berkata cape', padahal cita dan tujuan mereka tinggi.
Mereka berkata jangan, padahal itu tidak berpengaruh pada kematian.
Mereka terkadang hanya tahu tertawa, senyum dan celoteh sana-sini.

Seiring waktu mereka tahu.
Tanpa perintah mereka mengalirkan alat tulis bertinta.
Tanpa peduli nilai dan angka-angka mereka mulai berkreatifitas.
Sebuah karya sangat berarti nantinya, jika kita MAU.

Melihat setiap gerak-gerik dalam dunia berseragam, belajar tanpa henti, menuai cita, menggalang persahabatan. Berdo'a bersama kala malam datang. Berusaha menaklukkan hidup.

Kesedihan adalah realitas, kemalasan harus dilawan, kesenjangan saatnya disingkirkan. Berjuang untuk mengerti akan arti hidup. Tanpa lelah, terus abdikan pada satu, yaitu kebenaran dalam diri alam yang semakin tergores tinta hitam ulah manusia.

Setiap yang hidup akan mati. Menanam ataukah ditanam.

31 August 2009

Bendera Hitam

Kemasan akan mebuat pesona bagi pembelinya. Meluangkan segenap raga bagi keindahan penuh warna pelangi. Politis sangat mengagungkan kemasan, kehormatan dan eksistensi.

Berbahan dasar kelam. Dari serat sintetis. Berjudul buatan manusia, tapi berangkat dari sumber daya alam. Dari kejauhan cahaya matahari akan menenggelamkan warnanya. Di serap, lebih mudah panas. Namun sejuk bagi penikmat bunga tidur.

Dia bukan merah, hijau, kuning atau bahkan putih. Namun kekhasan alamaiah begitu mengikat. Banyak nuansa nilai-nilai dan mengesampingkan celoteh. Dialah bendera Hitam. Bendera bagi kaum pemujanya.

30 August 2009

Mengenal Konsistensi

Manusia selalu bisa saja berkelit dari banyak cobaan yang menimpa. Manusia juga sering berkelit dari berbagai kebohongan hanya demi mendapatkan kehormatan dan eksistensi. Banyak hal yang menyebabkan manusia berubah, hal itu tidak terlepas dari dua sisi kehidupan manusia.

Konsistensi adalah bangunan disiplin dan tanggungjawab. Seseorang dikatakan konsisten jika dia mampu mempertangguangjawabkan semua perkataan dan perilakunya.

Seiring dengan perubahan zaman, nilai konsistensi semakin redup dengan banyaknya pilihan yang ditawarkan. Pilihan yang mendorong setiap manusia berubah. Pilihan yang akan menghadirkan harapan-harapan baru bagi pelantun tembang kehidupan.

Ada sosok-sosok yang memiliki konsistensi yang sangat luar biasa, misalnya Darwin dengan teori evolusinya, Galileo dengan teori yang mengatakan bahwa bumi adalah bulat, Soekarno dengan revolusinya, Baharuddin (pemrakarsa sekolah alternatif Qaryatul Thoyibah) dengan pendidkannya, Iwan fals yang secara lantang menyuarakan semangat perjuangan bagi kaum tertindas.

Namun ada makhluk Tuhan yang sangat konsisten yaitu Syetan yang sangat konsisten mengganggu manusia. Hal tersebut tentu berbeda bila dibandingkan dengan konsistensi yang dilakukan oleh manusia. Manusia lebih cenderung dikatakan makhluk yang inkonsistensi, selalu berubah rubah dalam dimensinya.

Perubahan harus terjadi. Hal tersebut adalah sifat almaiah dari manusia. Namun belajar konsisten untuk kebutuhan sosial, lingkungan dan alam adalah sebuah tujuan pencapaian yang harus dilakukan manusia. Semoga kita semua bisa menjadi makhluk yang bisa belajar konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai yang ada.

19 July 2009

Lahirnya Spesies Baru

Spesies yang satu ini tak mampu diidentifikasi oleh manusia. Keberadaannya yang terasingkan, dalam lembah hutan hujan tropis.

Spesies tersebut tidak berbentuk. Tubuhnya yang sangat kecil, dalam lubang yang berlendir. Spesies ini adalah perwujudan dari sebuah generasi lama yang terkungkung akibat dari sumpah serapahnya.

Habitatnya yang jauh dari keramaian. Sunyi tanpa hiruk pikuk hutan belantara. Berdiri tegak, bernafas dengan geliat kebebasan.

Sejak bergulirnya waktu, dan perambahan manusia akan hutan hujan tropis. Satu persatu anggota spesies ini terlepas dari induknya. Berada jauh dalam selimut putih laboratorium. Mencoba kebabasan dengan berbagai kematian bagi manusia. Spesies ini sampai sekarang hanya menjadi tanda tanya besar bagi kelangsungan hidup manusia.

17 July 2009

Daun dan Hape Kalian

Daun identik dengan warna hijau. Tatkala daun berubah menjadi coklat, maka daun akan mudah terlepas dari tangkainya. Daun tersebut akan menuju tanah, kemudian masuk kedalam pori-pori tanah.

Sebelum masuk kedalam tanah. Sedikit demi sedikit daun meleburkan tubuhnya, dan mengalami proses penyatuan dengan tanah. Setelah itu daun akan masuk ke dalam tanah.

Setelah masuk kedalam tanah. Daun akan meleburkan diri menjadi Zat yang sangat berharga bagi kehidupan tanah.

Hape adalah benda berharga bagi banyak orang dewasa ini. Hape sebagai alat komunikasi yang menyambung silaturrahmi. Keberadaan Hape menjadi istri kedua bagi bayak kalangan. Namun, hape bisa mengalami masa tidak zaman dan rentan akan kerusakan. Setelah terbuang Hape akan menjadi wabah penyakit.

Hape menjadi wabah penyakit. Sedikit demi sedikit Hape akan mengalami yang namanya perkaratan. Sela-selanya akan menjadi rapuh. Kemudian masuk dalam tanah. Menjadi bagian dalam dari tanah. Tidak bisa terurai dan merusak sistem dalam tanah.

Setelah mengalami proses tersebut. Manusia akan lupa dengan nomer seri dan tipenya, manusia lupa dengan jaringan dan sinyalnya.

14 July 2009

Penyebaran Virus

Atmosfir bumi sudah tak mampu lagi menahan gelombang pemanasan global. Kian lama manusia berlaku kejam terhadap Alam. Perlakuan tidak senonoh, dengan memperkosa isi bumi. Oil sebagai pelumas bebatuan perut bumi telah terkikis, hutan luluh lantah rata dengan tanah. Tanpa ada ruang alami, semua serba teknologi tingkat tinggi.

Laboratorium sebagai tempat eksklusif bagi manusia untuk berteduh. Tatkala jutaan bakteri berkembang biak dengan cepat tanpa predator. Virus sudah membabi buta tanpa ada lagi jenis vaksin baru yang diketemukan.

Mayat ada dimana-mana. Penyesalan sudah tak berarti lagi. Alam sudah sedemikian marah, teknologi tak menjadi tren lagi, gerakan kembali Ke-Hijau seakan menjadi teriakan saja. Sudah terlambat.

Negara-negara saling mengklaim siapa yang salah. Politikus sibuk menyelamatkan keluarga mereka dari serangan virus. Ilmuan menjadi gila, karena tak juga menemukan vaksin.

Virus takkan pernah berhenti membumihanguskan keserakahan manusia. Dan Sejarah mencatat Virus adalah kerajaan terbesar bagi hilangnya peradaban manusia.

08 July 2009

Mengenal "Bumi"

"Bumi" tempat berpijak manusia. Tempat berbagai makhluk hidup dan mati disini, berbagai cara makhluk lakukan dalam mempertahankan, melestarikan serta mencintai "Bumi".

Akan tetapi "Bumi" akan selalu berada pada ruang kekuasaanNya, bukan Makhluknya. Rotasi yang terus menerus adalah sifat alamiahnya, dan manusia seringkali menafikkan itu.

Ada pembangunan, dan ada kehancuran.
Ada kehidupan, dan ada kematian.
Ada senyum, dan ada tangis.
Ada dan Tiada.

Kita sebagai manusia berada dimana?
Kita selalu ada diantara keduanya, bahkan menurut definisi kita: Manusia keseringan berada di ADA, namun melupakan TIADA.

Semua pasti berada dalam lingkaran tersebut. Keputusan Akhir ada di tangan anda semua. Apakah kita termasuk makhluk yang mengenal "Bumi", atau sekarang kita berada pada ambang keluar dari "BUMI".

Gunakan setiap yang ADA, karena TIADA adalah kepastian hidup.

07 July 2009

Kesejahteraan Nisbi

Biologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Biologi hadir menjawab beberapa persoalan mengenai keberagaman, komplektifitas dan kemanusian yang berada pada ruang alam semesta. Dinamisasi yang dimunculkan dalam perkembangan biologi seringkali menempatkan ruang riset molekuler sebagai bagian yang sering di sebut pengetahuan modern.

Molekuler menjawab semua titik paling terkecil dalam struktur makhluk hidup. Menempatkan ruang pikiran dalam laboratorium, sebagai ruang perkembangan dan tantangan bagi manusia. Kesejahteraan adalah bagian perwujudan dari penemuan-penemuan yang dihasilkan. Pertanyannya!! Kesejahteraan bagi siapa?

Kekayaan bangsa kita adalah keberagaman akan sumber daya alam, tingkat sosial yang tinggi dan teritori yang menarik para peneliti dunia untuk datang ke Indonesia. Akan tetapi, pemanfaatan akan keberagaman kini mulai terkikis oleh segerombolan privatisasi, penyeragaman alam, dan molekuler karya bangsa asing (karena kita masih sangat terbatas tentang alat, teknologi dan pengetahuan).

Kini penjajahan bukan lagi dengan perang atau senjata. Miskin informasi dan tekanan terhadap eksploitasi alam adalah syarat hancurnya alam kita.

06 July 2009

Petualang Dalam Pikiran

Tidak harus menjauh dari komunitas. Tidak akan kalah dengan keadaan yang semestinya kita harapkan. Semua hal yang dilakukan dengan penuh tanggungjawab akan selalu berada pada garis kebenaran.

Banyak kemungkinan dari apa yang telah dilakukan manusia semasa hidupnya. Tatkala, kita menjalankan sebuah harapan, maka niscaya akan tercapailah, meski itu dalam rana pikiran. Sebuah harapan sangatlah berarti dalam diri umat manusia.

Petualangan dalam berpikir. Menjejaki ruang-ruang lama yang terendam dalam kitab masa lalu. Di jalan, gunung, pantai, pulau dan hutan semua tidak lepas dari sebuah harapan. Kesejahteraan adalah hak manusia. Keadilan adalah tuntutan alam pikiran tak terjamah.Rasa keadilan sangatlah jauh dalam ruang batas manusia, sang petualang tidak akan menuntut hal itu. Namun, kejujuran adalah persembahan yang alamiah.

Berpikir adalah bekerja. Berpikir adalah pengabdian. Dan berpikir adalah fitrah kita dalam menjalani setiap masa. Tiada masa kelam dan tiada masa indah. Masa hari ini adalah waktu yang sangat luar biasa, "bila kita sadar" akan hal tersebut. Dan Manfaatkanlah hari ini, sebab udara yang menghiasi pernafasan kita masih berada dalam ambang cinta kita.

27 June 2009

Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca

Selamat kalian sudah bisa buat lingkaran, lingkaran dengan senyum lulus 100%. Kini hanya menantikan langkah berikutnya, langkah yang semakin berat tentunya.

Mengingat kerja keras kalian sampai malam. Belajar menentukan nasib sendiri, belajar tanpa batas waktu. Ruang-ruang belajar tersebut sangatlah berarti, terutama buat saya.

Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca teruslah belajar seperti dalam ruang tanpa batas. Harapan akan selalu ada, tatkala kita mau berusaha. Harapan akan menjadi kenyataan ketika kita menjadi orang yang selalu bertanggungjawab. Keadaan yang tak bersahabat, bukanlah halangan untuk berkarya dan meraup cita. Kalian sudah membuktikan itu semua dengan harapan akan lulus.

Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca terima kasih banyak. Kalian semangat dalam belajar, begitupun dengan saya yang tidak mau kalah dengan kalian untuk belajar juga. (-)(-)= (+), (+)(+)= (+).. tentu kalian masih ingat itu.

22 June 2009

Bizarre Love Triangle

Every time I think of you
I get a shot right through
Into a bolt of blue
It's no problem of mine
But it's a problem I find
Living the life that I can't leave behind
There's no sense in telling me
The wisdom of a fool won't set you free
But that's the way that it goes
And it's what nobody knows
And every day my confusion grows
Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for the final moment
You say the words that I can't say

I feel fine and I feel good
I feel like I never should
Whenever I get this way
I just don't know what to say
Why can't we be ourselves like we were yesterday
I'm not sure what this could mean
I don't think you're what you seem
I do admit to myself
That if I hurt someone else
Then I'll never see just what we're meant to be
Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for the final moment
You'll say the words that I can't say
Every time I see you falling
I'll get down on my knees and pray
I'm waiting for the final moment
You'll say the words that I can't say

by, Frente

15 June 2009

Berdiskusi Kala Dingin

Membasmi Sebuah Pilihankah?

Membasmi berarti membumihanguskan sesuatu. Tiada tempat maupun ruang lagi untuk hidup. Demikian juga dengan pembasmian sesuatu, dalam mempertahankan kehidupan. Layakkah pembasmian tersebut?

Sejarah mengatakan, bahwa "satu organisme yang hidup maupun mati di bumi ini memiliki arti tersendiri". Setiap organisme memiliki karakteristik unik dan mempunyai sifat yang berbeda-beda, sesuai dengan teritorial atau wilayah organisme dalam melakukan aktifitas kehidupannya.

Ketika kita berbijak mau melakukan sebuah riset maupun pengembangan suatu organisme dalam wilayah, tentunya kita akan belajar banyak tentang hakekat organisme tersebut. Hakekat sumber awal kehidupan dan penciptaan-Nya.

Dewasa ini, problematika yang serba sulit yang menerpa masyarakat Indonesia, telah membutakan banyak pihak untuk selalu berlaku instan dalam berpijak. Budaya tanpa pikir panjang, budaya membasmi tanpa sebuah pembelajaran dinamis ditengah masyarakat kita.

Membasmi seolah menjadi pilihan akhir. Tatkala tidak ada jalan penyelamatan lain, tidak ada waktu dalam mempelajari, tidak ada lagi ruang pilihan bagi sebuah keseimbangan.

Lahan pertanian adalah sumber kehidupan. Pertanian adalah hasil bagi keberlansungan hidup masyarakat. Namun, keseimbangan ekositem adalah jawaban bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan anak cucu nantinya.

Pilihan membasmi, atau mempertahankan merupakan pilihan sulit bagi masyarakat, ketika suatu spesies telah menjadi hama di lahan pertanian. Akan tetapi, pilihan tetap ada di masyarakat, tentunya pilihan yang lebih arif dan bijaksana akan menjadi kehidupan lebih indah dan sejahtera.

07 June 2009

Global Warming

Begitu mudahnya orang mengatakan Global Warming. Tanpa alasan yang jelas. Ketika mengetahui permasalahan lingkungan, masyarakat, peneliti, kaum intelektual maupun aktivis, seringkali membuat wacana pemikiran yang berujung pada Global Warming.

Apa sih Global Warming?. Begitu pentingkah?. Apakah separah itu, sampai makna Global Warming menjadi sabda bagi kaum pecinta lingkungan.

Sejauh ini, masyarakat desa pun sampai mengatakan sabda Global Warming. Kadang dengan pedenya, mesti itu hanya terucap tanpa tahu artinya. Seolah bahasa Global Warming menjadi keren mendadak pada masyarakat desa. Tak luput juga acara TV, yang terus saja terkena demam Global Warming.

Mengingat diskusi kecil dengan salah satu kawan lama. Kawan yang telah melakukan perjalanan ke pantai selatan kabupaten Malang.

Aku bertanya kepada beliau, "bagaimana hasil kemaren dari pantai?".
Beliau menjawab, "Global Warming, ombak sulit di prediksi".

Sebegitu mudahkah kita mengatakan Global Warming, tanpa tahu deforestry, tanpa mengerti siklus alam, tanpa sadar mitigasi peradaban, dan tanpa tahu sisi entitas alam. Bagi saya, Global Warming hanyalah isu, dan isu tidaklah penting untuk dikatakan. Isu hanyalah pelangi dan bukan matahari.

Satwa Mati

Tidak semua manusia mau peduli dengan keberadaan lingkungan, apalagi satwa. Bahkan aktivis yang bergerak di bidang tersebut, juga enggan jika ditanya tentang kepeduliannya.

Sejauh mana sih arti kepedulian?. Banyak suara sumbang dalam memperjuangkannya, banyak kepalsuan dalam aktifitasnya, dan banyak ketidakmampuan akan sisi kelemahan bahkan kekuatannya.

Analisis tanpa didasari dengan skema yang jelas. Analisis yang berimbas pada rasa saja, tanpa penghitungan mitigasi. Penelitian seolah menjadi barang sampah, tak berguna jika anda bergelut dibidangnya. "Yang terpenting menyelamatkannya?, ujar salah satu kawan aktivis lingkungan.

Secara rasionalitas, tidak ada yang salah dengan makna penyelamatan. Secara kasat mata, penyelamatan merupakan bagian fitrah bagi manusia. Namun, fakta di lapangan, semua terasa menjadi roda penghancuran yang begitu cepat.

Semua disalahkan, semua dikatakan tidak becus, semua dimusuhi. kawan jadi lawan, lawan menjadi sahabat kompromi. Satwa mati... satu nyawa hilang... begitupun manusia akan punah juga.

18 May 2009

Binatang, hewan atau satwa Vs Manusia

Photobucket
Binatang, hewan atau satwa merupakan jenis kata yang sama, menggambarkan arti yang sama, namun memiliki makna yang berbeda. Secara garis besar ketiga kata tersebut berarti, organisme multiseluler, eukariotik yang berasal dari kerajaan/ Kingdom Animalia.

Manusia adalah bagian dari Kingdom tersebut. Manusia berasal dari kerajaan yang sama dalam struktur klasifikasi, yaitu Animalia. Namun jelas manusia tidak akan mau di katakan sebagai binatang, hewan atau satwa. Mengapa demikian?

Pertama, Manusia merasa mempunyai pikir yang bersarang di otak. Pola pikir yang menempatkan titik ruang manusia berada lebih tinggi daripada binatang, hewan maupun satwa.

Kedua, Manusia merasa memiliki mulut yang bisa berbicara, sedangkan binatang tidak meiliki suara komunikasi dengan manusia secara verbal. Suara yang dikeluarkan melalui mulut manusia tersebut, menempatkan manusia pada posisi yang berbeda. Keduanya memaang sama dalam mengeluarkan suara, namun suara yang di keluarkan antara binatang dan manusia jelas berbeda menurut manusia.

Ketiga, Manusia merasa sebagai pencipta. Pencipta dalam artian, bahwa manusia bisa membuat sebuah peradaban yang jauh lebih hebat dari peradaban yang dibuat oleh binatang. Manusia menciptakan peradaban dengan bangunan-bangunan yang menggeser nilai alamiah sang pencipta. Sebagai contohnya, hadirnya gedung-gedung yang menjulang, dengan mengikis hutan sebagai rumah bagi binatang.

Binatang, hewan maupun satwa merupakan gambaran yang jelas mengenai sifat dan watak dari manusia. Manusia seringkali bertingkah seperti binatang, sedangkan binatang dipaksa untuk bertingkah seperti manusia.

Binatang
Binatang berbeda dengan hewan atau satwa dalam kacamata manusia. Pribahasa kata-kata yang nampak selalu menghadirkan makna binatang lebih rendah jika dibandingkan dengan hewan atau satwa. Binatang jalang, contohnya.

Hewan
Hewan nilainya terkesan ilmiah. Kata-kata hewan banyak digunakan dalam bahasa pengetahuan, namun juga nilainya tidak lebih tinggi daripada satwa.

Satwa
Bahasa satwa biasanya digunakan oleh aktifis satwa. Aktifis pecinta lingkungan. Aktifis yang banyak menyuarakan tentang penyelamatan satwa. Mereka memandang bahasa satwa lebih halus daripada menggunakan bahasa hewan atau binatang.

16 May 2009

Takkan berhenti bernafas

Meski tiada aktifitas lagi, tanpa ada pena, tidak ada lagi ada tatap muka. Semua menjadi kebebasan yang abstrak, kebebasan yang terbangun untuk menuju sebuah cita dan harapan.

Sesering kita membuka lembaran demi lembaran, dengan melibas ruang diskusi yang sudah terbangun. Niscaya tanpa arti lagi. Pencapaian yang sempurna tidak berasal dari hari yang keras dan sibuk. Namun pencapaian akan terasa indah, tatkala ruang-ruang menjadi dinamis.

Mencari kebodohan sendiri, dengan meninggalkan masa yang pernah terjadi. Sedikit meluangkan waktu melalui refleksi masa lampau. Mencoba menuju dimensi baru, harapan baru, dan tantangan yang lebih membuat kita selalu berpikir.

Sesering apakah kita bernafas. Disitulah akan terjadi sebuah kepalsuan waktu, yang terangkum oleh detak tanpa makna. Bernafas memiliki simbol kehidupan. Bagi manusia, bernafas merupakan keseimbangan otak yang terlupakan. Setiap kali kita menghirup oksigen, tanpa mau mengerti apa yang kita hirup benar-benar oksigen. Sebenarnya manusia hanya menghirup kebodohannya. Kebodohan yang berasal dari sel-sel angkuh dan rasisme.

Terasa benar, merasa benar, namun tidak bisa dibenarkan, itulah manusia. Refleksi dan mulai memahami entitas dengan segala ketidakmampuan merupakan jawaban dari pernafasan. Mulailah menghirup, coba bernafas seindah mungkin diselingi dengan selalu belajar tanpa meninggalkan makna masa lalu.

14 May 2009

Biologi UIN Malang

Menengok kembali rana diskusi dalam penelitian berkelanjutan. Kala mahasiswa dikampus belajar di luar koridornya. Melangkah keluar dan mulai menunjukkan tajinya sebagai pengembara pendidikan.

Di kampus yang dahulunya penuh dengan pepohonan, kini hanya berisi gedung-gedung karya arsitektur. Tanpa ada lagi ruang diskusi, kesombongan akan keagungan. Tidak disertai lagi warna-warni penelitian bagi mahasiswa. Semua terbaring dalam gedung berharga milyaran.

Beda jika dibandingkan dengan kaum miskin pada masa lampau. Miskin, namun kaya akan hijau. Kaya akan esensi, dengan pergerakan mengentaskan kebodohan.

Hutan keberagaman kini tinggal kenangan. Semua sudah bersatu dalam ruang putih, tanpa pernah tersentuh arti ketidaktahuan. Penelitian sejatinya bagian dari tujuan sebuah perguruan tinggi, pengabdian adalah roh bagi perjuangan dan masyarakat selalu merindukan karya sang anak perguruan tinggi.

Obrolan tanpa cafein

Begitu dalam isapan nikotinnya. Duduk dilembaran alas biru lusuh. Lampu terang benderang. Di sudut kota, belahan dari katulistiwa. Mereka berbicara pada entitas tak berarti.

Sedikit ku geser warna nadanya. Pelan dalam nuansa pagi. Lepas tanpa batas setelah semua tawa sirna. Diam tanpa suara, suara yang membuat telinga ini semakin sesak oleh mereka.

Berharap keindahan. Berharap akan harapan.

Menari mereka dalam diam. Riang tanpa caffein. Hanya penyesalan dalam rias wajahnya. Nampak jelas tatkala matanya bersembunyi dalam goa kegelapan.

Kujalankan penyesalanku juga. Dalam sunyi nampak surga yang tak terbias. Dalam kelam terdapat aroma yang menyesakkan kehidupan.

Tak berarti lagi caffein. Tidak beguna lagi nikotin. Imajinasi otak terus berlari pada kebebasan, tanpanya lagi.

13 May 2009

Freedom fighter

Masa lalu, dalam kenangan di ruang bersama. Masa yang penuh dengan pertanyaan dan pertanyaan. Foto yang terekam disamping hanyalah bagian dari masa tersebut. Seto, Tri, Lutfi, Hayu, Ayi', Rifda, dan Edi senang berkenalan dengan anda. Maaf, itu semua hanya masa lalu.

19 April 2009

Anak Pulau Kelapa


Pulau Kelapa yang berada di Kepulauan Seribu merupakan salah satu pulau yang berpenghuni. Masyarakat yang ramah dengan panorama alam yang begitu indah nan elok. Anak-anak bermain di sekitar perahu-perahu yang singgah, bermain dan tertawa.

Aku takkan pernah melupakan gambar di atas. Saat yang menyenangkan, tatkala bisa bercerita dan bercengkerama tentang Elang dengan mereka. "Elang adalah sahabat bagi ekosistem, tanpa Elang pulau akan terasa sepi dan hampa, tanpa Elang nelayan tak sanggup untuk menemukan ikan, tanpa Elang aku tidak mungkin berada di sisi anak-anak pulau Kelapa.

Predator yang memiliki daya terbang tinggi, seakan menginpirasikan bahwa anak Indonesia mampu dan bisa setegar serta sekuat Elang. Simbol yang senantiasa menunjukkan keagungan Sang Pencipta, simbol yang mampu mengingatkan kesadaran kita terhadap keseimbangan ekosistem, dan selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikannya.

18 April 2009

Alang-Alang Menanti Jawaban

Rimbun alang-alang di padang senja. Terpanah oleh rangkaian yang tidak pernah tersentuh. Di tinggalkan bidadari yang pergi ke ruang jauh dari pelupuk matanya.

Ketika aku menghampiri alang-alang, Ketika aku harus berada di antara kegalauannya. Seutas harapan baru bagiku kala itu.

Alang-alang tersebut bernama Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca. Di mata mereka nampak sayu, setelah bidadari yang sangat di cintai meninggalkan daerah mereka. Serasa berada jauh, aku mencoba untuk meyakinkan mereka, bahwa bidadari itu masih ada, dan selalu dekat dengan kalian.

Amel, Cofuci, Dentum, dan Fraca menjadi nama awal bagi perjalananku. Aku akui aku tak mampu menjadi bidadari, aku akui aku tak secantik paras bidadari kalian. Tapi aku tahu tujuan alang-alang.

Kubuat mereka bermain, tertawa, tersenyum, dan berpikir. Muda bukan berarti lemah, muda bukan berarti kalah, akan tetapi muda adalah pilihan.

Di depan sekolah. Saat mereka bersua dalam malam, saat itu juga aku yakin bahwa bidadari itu mendampingi mereka. Bidadari itu akan selau menanti jawaban bagi cita mereka, dan aku hanyalah jembatan bagi pijakan diantara keduanya.

07 April 2009

Selasa, 7 April 2009

Hari selasa, aku terbangun dari serpihan langit kelam. Mulai beranjak dari ruang-ruang mimpi. Menghadapi yang ada, dan bukan melanjutkan mimpi-mimpi.

Besok adalah besok, tiada hari tanpa arti lagi. Tidak ada lagi kegunung, tidak lagi bercengkrama dengan hutan, laut pun terasa jauh. Terkadang lalu-lalang dunia pendidikan memang menjemukan.

Tiada semangat lagi ketika semua harus berlalu. Terasa formal, kian lama kian jauh.

Yang membuat bertahan, hanyalah karya mereka. Semangat mereka dalam menentang kebodohan, menentang keadaan hidup yang sia-sia. Namun sampai kini, sangat sulit melihat mereka dalam mengejar citanya.

Apa aku mesti keluar, kembali ke dunia lama. Mungkin bisa saja terjadi, tatkala dunia pendidikan hanyalah wadah bagi rutinitas dan rutinitas.

Belajar mengetahui, belajar untuk lebih toleran, belajar dari mereka yang belajar, dan bukan belajar dari mengajar.

17 March 2009

Roh IBiS

Roh IBis terus saja menapaki wajah penuh tanya, tatkala bertarung hanya lelah yang didapat, dan ketika diam hanya menjadi sebuah harapan tanpa langkah.

Dunia pendidikan memang aneh, tapi keanehan itu yang buat aku merasa tertantang akan hal baru, wajah penuh tanya, kreatifitas yang responsibility, serta harapan yang nan jauh pada jiwa muda dengan masa depan panjang.

Nongkrong santai si warung kopi bersama mahasiswa, seakan meluluhlantahkan setiap kepenatan yang selama ini berada pada wilayah pendidikan. Kopi sebagai filosofi peradaban bagi para petarung kehidupan, tanpa kenal kantuk, tanpa rasa lelah, terus saja cafein mengalir disetiap sendi para pemikir muda.

Lingkungan kan tiba berwarna kelam, hijau telah habis... maaf kawan aktifis lingkungan, selamat berjuang.

06 March 2009

Sudah Terlambat

Mencoba lari dari semua. Tatkala pertarungan sedang di tabu. Meretas asa pribadi. Keluar dari lingkaran.

Wajah menjadi belatung. Raut kesedihan orang tak berdosa, meminta harapan kehidupan kepada Tuhan-nya. Semua sudah terlambat.

Kuasa menjadi sampah. Harta tidak berguna. Langit pun mendung. semua sudah terlambat.

Perang dan perang. Hanya memperebutkan udara dan air. Melegakan dahaga setiap batang tenggorokan, pada oase berkepanjangan. Semua sudah terlambat.

Virus menyebar, bakteri tertawa, penyakit menjadi sahabat. Semua sudah terlambat.

17 February 2009

F C A D !!!

FRACA (Februari meRancang Cita Akhir)
COFUCI (Cari Obat Fresh Untuk Cita Indah)
AMEL (Anda Manusia Elok)
DENTUM (Dengan sENyum TerUslah Melangkah)

Mulailah menapaki Arah dan Tujuan
Penyesalan hanya datang pada akhir cerita.

WAKTU KALIAN TAK BANYAK

Hentikan keluhmu
Santunkan usahamu
Dalam menggapai cita

Waktu kalian tak banyak
Setiap saat ajal datang
Setiap waktu datang kepedihan

PUASA SAJA

Jerih payah sang penghibur
Naik di kesenjangan zaman
Melantunkan nada kepedihan

Bukan saatnya menyerah
Bukan waktunya lari
Tapi hanya puasa

Sesampainya ujung rona pelangi
Dalam kesejukan surgawi
Surga sang petualang alam semesta

MEREKA BUKAN ALAT

Berikan yang terbaik
Tuangkan secercah harapan
Mereka bisu

Tanpa cermin diri
Tatkala bergerak
Tanpa harap

Berdiri sendiri
Menentang setiap warna
Menentang ketidakpastian