Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

15 December 2011

Senandung Bahagia

Berikan sejuta mimpi dalam kilau dunia... Bersama keberanian dan kejujuran itu pasti... Semakin berwarna hidup... Semakin aku bersyukur PadaNya...

07 November 2011

21 October 2011

Suhu Yang Sama

Pagi yang biasa tanggal 21 Oktober 2011. Kota yang berbeda dengan derajat celcius yang sama. Pemateri hanya bicara dengan indah. Terhipnotis peserta dalam lubang belajar laboratorium. Ada yang demo di Gedung Sate menuntut penguasa negeri ini. Berontak kaum terpelajar. Sungguh aroma perjuangan terasa. Merasuk bersama lantang teriakanmu para pemuda. Aku menjadi pekerja saja. Membosankan sekali. Tidak ada ruang berekspresi. Aku disini hanya diam, dan sesekali membuat kegaduhan. Bersemangatlah para pemuda. Aku rindu rasa kejujuranmu. Gedung Sate dan Mahasiswa memberikan impuls kepadaku.

15 September 2011

Daun Jatuh

Berbaju hitam putih ala catur pada tempat pemujaan. Pohon tegak ditengah rimbun sahaja. Berparas selimut coklat pelindung. Akar tak nampak. Tertutup tanah gersang Nusantara. Mikroba menjalar kedalam tanah, menjauhi musim kemarau ini. Didekatmu semilir angin nan lembut. Kipas hijau daun bercampur kicau burung. Damai begitu damai. Daun jatuh tidak hanya berwarna coklat, yang muda pun terdampar pada gundukan tanah ini. Seperti manusia akan mati saat tua, dan yang muda pun bisa mati. Namun apakah daun itu menjadi pupuk ataukah daun akan dibakar dan tidak bermanfaat.

04 September 2011

Rimba Tepi Kota

Luntur jiwa kelam dalam belaian ibu pertiwi. Menentang arus belantara nusantara hijau. Meniti setiap masa menuju akhir dunia. Manusia makhuk tak berbentuk. Senja kota menggiring dimensi retorika. Televisi menawarkan berjuta kebodohan. Rakyat bangunlah, bergegaslah menuju keadilan. Tepian kota menanti jawab. Hukum rimba telah datang. Tanpa Moral mereka para pen-serakah. Murka rakyat Murka Tuhan...

27 August 2011

Retak Lingkaran Hitam

Seloroh tubuh meredam gejolak. Angin hitam mendegradasi kecerdasan mereka. Tanpa kerja keras mereka begitu menikmati masa muda. Tanpa merasa menanam aku akan tenang. Kepribadian yang dirampah kemalasan membunuh jiwa muda mereka. Seakan menang otak kampungan para pelajar. Sejenak aku menghela nafas karena semua ini adalah proses. Jauh lebih kejam dunia pendidikan yang sebenarnya. Hedonisme pergilah. Kapitalisme pergilah. Ini sumsum muda, jangan kau sakiti degan kesenangan palsu. Langkah semakin saja terasa berat. Lingkaran hitam selalu ada disetiap tempat. Semakin lelah, dan digerus oleh jiwa-jiwa muda pemalas.

16 August 2011

Krisis Pemuda

Pemuda membangun bangsa dengan darah. Pemuda yang membuat merdeka negeri ini. Pemuda yang menghancurkan penjajah dari Nusantara. Pemuda yang merevolusi dan mereformasi Indonesia.

Tangkup harapan selaras panjang pekik para pemuda. Teriak tajam bunuh korupsi di tangan pemuda. Pemuda tiang negara yang kokoh. Sejarah pernah mencatat kehebatan para pemuda.

Krisis pemuda di depan mata. Kasus Gayus, kasus Nazaruddin mencoreng nama pemuda. Roh pemuda harus kembali fitrah. Merdeka negaraku, merdeka bangsaku, merdeka kaum pemuda.

12 August 2011

Gerilya

Sudah lama terdiam. Waktu terbuang percuma. Ga ada yang spesial dari tempat persembunyian. Semua serba kehidupan kapitalis, konsumenisme dan materialistik.

Dermaga perang sudah rapuh. Perlahan mulai retak dan hancur. Tapi kau masih terdiam, dan aku mengamini.

Kehidupan alam semesta bukan buat kaum hedonisme saja. Hanya kuasa kehidupan pribadi yang aku temukan. Tiada lagi kawan diskusi dalam persembunyian. Apakah ini waktunya.

Berpikir dan merenung lebih baik dari pada beribadah seribu tahun. Itu kalimat sebuah hadist yang masih dalam perdebatan. Namun, terlepas dari hal tersebut berpikir untuk sebuah tujuan perubahan menuju pencerahan adalah yang perlu dilakukan saat ini. Saat amunisi masih terkumpul dengan tegas dan jujur.

08 August 2011

Sudut Kota Neraka

Lunglai dalam ketidakpastian. Terhempas jerami terjang tengkulak biadab. Riuh ramai tak terasa, dan hanya sunyi pagi ini.

Suara-suara do'a sebrang jalanan. Mengukir indah dalam sujud. Ku tahbiskan jiwa ini padamu Penguasa Alam. Kota yang tak bersahabat dan aku terhenyak sepi.

Suram sudut alam semesta. Semua bergegas meminta surga. Semua beranjak menjauh neraka. Namun, kenapa cara-cara hitam di bumi masih kau pakai. Lantunan suci hanya kau hafal di mulut saja. Pergerakan statis tanpa aroma kejujuran. Itukah sudut kota yang kau banggakan.

06 August 2011

Serdadu Berbuka Puasa

Nuklir kesabaran rengkuh cahaya
Laras panjang pekikkan nada kebenaran
Panah api angkara murka

Hening damai suci
Tahan nafsumu
Teriakkan Allahuakbar

Serdadu nuansa Ramadhan
Berparas putih suci
Melangkah ke Penguasa Alam Semesta

01 August 2011

Telisik Tukang Tinta

Peradaban yang dibangun atas dasar kerakusan sumber daya alam mulai menjadi Dewa-Dewa. Kulit luar terasa penuh aroma takjub, namun dalam kering kerontang. Para sufi termenung dalam ketiadaan serdadu timur tengah yang diberondong kaum barat.

Idealis yang berujung pada fanatisme menjadi jalan para pemuka kebenaran. Tidak ada pikir tajam lagi akan arti kedamaian. Mereka saling serang untuk mendapatkan kepuasan akan kebenaran.

Telisik kebenaran dalam dialektika terasa mentah dan hambar. Kedamaian hanya pada tinta-tinta yang tergores dalam lembar putih kusam.

Dunia dipenuhi jiwa-jiwa kosong. Pemberontak tak jelas hinggap pada jiwa tersebut. Ruang pemikiran hanya semu individualistik. Kapitalis berkuasa dalam sendi setiap insan.

Optimisme. Kerja keras. Toleransi. Tukang tinta akan sangat bahagia dengan semua kearifan manusia yang bergelora dalam jiwa-jiwa yang tenang.

27 July 2011

Satu Waktu Dalam Hidup

Waktu melaju tanpa batas begitu cepat dan tak berulang. Hari yang tak sempurna pasti datang bergelayut dengan keraguan. Tentang esok manusia tidak akan pernah mengetahui.

Sekarang lakukan pergerakan dinamis. Tebus dengan kebenaran. Libas angkara murka dengan kesabaran. Kemudian, temukan kedamaian hakiki. Itu hanya mimpi.

Degradasi lingkungan menawarkan berjuta kehancuran dan sesak dengan jerit tangis. Waktu kita sedikit, namun terasa panjang. Siapkan pedang dan tikam para pemangku eksploitator alam jahannam. Berikan do'a-do'a kebajikan agar manusia bisa hidup lebih lama, lalu tuangkan segelas cinta untuk kedamaian yang telah ada sejak dahulu kala.

Berpacu dalam waktu, dan manfaakan selagi anugerah itu masih melekat pada kehidupan kita.

23 July 2011

Petang Sahaja Bumi

Bukan lagi pemberontak dan bukan dewa arogansi. Tepis kemapanan dengan cara yang berbeda. Meraih waktu yang terus berjalan senada dengan canda dan tawa langit para kebajikan.

Bumi mereka bukan bumi kami. Tawaran kepuasan duniawi bukanlah waktu untuk membangun sahaja. Hujan hilang ditelan angkara ketidakpastian iklim toleransi.

Petang berjibaku kemacetan. Riuh senantiasa membuat waktu terasa indah. Di ujung semua yang ada pasti terdapat ketiadaan. Terdiam kala senja. Roda sudah berhenti berputar.

Sahaja bumi sahaja manusia. Sahaja waktu sahaja bekerja. Sahaja belajar sahaja kesabaran.

17 July 2011

EKOTEOLOGI

Ekoteologi berasal dari kata Ekologi dan Teologi. Ekologi Berasal dari kata Yunani "oikos, habitat" dan "logos, ilmu". Ekologi yang berarti ilmu yang mempelajari antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan, istilah teologi dalam bahasa Yunani adalah "theologia", istilah tersebut berasal dari gabungan dua kata "theos, Allah" dan "logos, logika".  Teologi yang berarti ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.

Problematika pelik lingkungan hidup dewasa ini membuat arus pemikiran menjadi lebih progresif. Tantangan akan kebutuhan hidup yang lebih layak kian lama menjadi sulit tatkala pemikiran modern lebih mengagungkan material dengan arogansi ekploitasi alam yang sangat besar tanpa memperhitungkan dampak atas keserakahan terhadap anugerah Tuhan yang berupa alam semesta. Ekoteologi menawarkan terobosan baru bagi kearifan lingkungan dengan dasar-dasar sifat ke-Tuhanan yang seyogyanya ada dalam diri manusia. 

Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Lingkungan Hidup KLH sepakat mengembangkan ekoteologi melestarikan dan menjaga ekosistem alam. Kesepakatan itu tertuang dalam MoU yang ditandangani oleh kedua belah pihak dari MUI dilakukan oleh KH Hafizh Utsman dan KLH langsung oleh Menteri Lingkungan hidup Gusti Muhammad Hatta di gedung MUI (www.mui.or.id : 2010).

Bencana tidak serta merta datang tanpa adanya hukum sebab dan akibat.  




11 July 2011

Dua Profesor Dua Doktor

Gedung E.4, 11 Juli 2011. Pagi selaras embun ujung kota Malang. Menapaki waktu yang berjalan sangat cepat. Hari yang harus berlalu, dan berjalan atas sebuah janji.

09:12 Waktu Indonesia Barat dalam kerangka ruang pemikiran. Dua Profesor Dua Doktor bersanding tajam nan harmonis, sejenak canda intelektual menghampiri ruang serius. Pertempuran arus pemikiran yang indegenius serangkai dengan cahaya pondok pesantren.

11:15 Waktu Brawijaya. Usai dan menunggu coretan dengan debar. Berjawab retorika yang memuaskan dengan ending yang sangat berarti. Ada harapan, ada rasa puas, ada semangat, dan ada rasa syukur. Alhamdulilllah telah terlewati.



09 July 2011

"Usir Mereka"

Al-Furqon 7 Juli 2011, raut-raut lelah menyisakan waktu buat mereka. Berkendara besi ajak silaturrahmi. Diantara mereka yang terlelap dan tidak sempat datang melihat kaum muda berjuang.

Bermimpi forum penuh dialektika tajam. Mengupas kebenaran, kejujuran dan keadilan secara tuntas. Melihat mereka berproses dalam bingkai demokrasi. ternyata itu hanya mimpi.

Brakkk.... kursi melayang. Sang peserta pun dikeluarkan. Lebur diantara butanya pimpinan sidang dan arogansi pimpinan organisasi.

Kala berada diluar kegiatan, pimpinan organisasi mengusir beberapa kader-kadernya karena dianggap membuat onar. Benarkah mereka membuat onar?? Baru kali ini penulis melihat pemimpin yang begitu penakut dan penuh kebohongan.


 

01 July 2011

Jerih Waktu Kaca Mata

Penglihatan mulai pudar, tergerus kelopak yang menajam tinta hitam. Serius hujan tak jadi masalah, terik kemarau bukan saatnya mengeluh. Kulaju detak motor tanpa kopling rasa takut.

Pagi dalam belahan bumi. Mata sayu kantuk terendam dingin kota Malang. Satu jam saja karena pagi begitu lenggang. Seutas harap akan terselesainya tiga semester mulai tampak meski aral berlahan mulai menengok ke tiang pikiran.

Perjalanan mulus halus perantara kegiatan terselesaikan. Kaca mata terbungkus, dan serius cair di lautan kopi. Langit mulai redup dan siang tadi jadi kenangan. Semua hanya menjadi cerita dan foto-foto bukti perjalanan.

Resiko ada, dan akan selalu ada. kenapa mesti takut, hadapi dengan selaras sejati pikiran dan hati.

17 June 2011

Pelantun Nada Sederhana

Riuh gelombang tak berbahasa, mengejar asa yang tertunda.

Begitu utara simbol egaliter, dan selatan menjadi sunyi. Nampak rona bahagia, dalam kelam masa yang tak pernah bersahabat.

Satukan idealis dalam sahaja damai. Bertindak dan bergerak selalu tanpa batas. Pergerakan takkan pernah mati. Usang jika saja meluap dengan diam.

Lontarkan perisaimu. Lepaskan otak. Gunakan suci. Bergegaslah sejati. Akhir detik yang melaju. Aku disisimu selalu wahai sederhana.

27 May 2011

Lintas Perubahan

Menuangkan waktu dalam pijak pe-ubah. Perubahan adalah kepastian, tantangan bukan lagi harap. Bercandu dengan fitrah alam yang senantiasa memberikan segala terapi jiwa.

Langit tak pernah mengeluh, begitupun dengan bumi yang selaras dengan rotasi. Pergerakan sayu apabila sendiri.

Sinar-sinar saat gelap telah beranjak datang. Mengelupaskan persendian ketakutan. Merengkuh keikhlasan apa yang diberikan Pencipta Mahakarya Alam Semesta.

Sejatinya manusia berada pada lintas perubahan. Begitupun dengan aku.

02 May 2011

Deras berbatu

Banyak bicara dalam konsep sungguh memuakkan. Tanpa aksi yang disertai refleksi. Tanpa tanya berbunga fatal korban-korban tak bersalah. Ironi pemikiran yang tak bersahaja.

Kemapanan membuat lupa akan segala sejarah kebesaran organisasi. Menjadi kerdil dalam baju birumu. bukan logo, bukan slogan, bukan omong kosong dan bukan kerapian.

Kritik tajam kau ketakutan. Senang bergerombol tertawa terbahak-bahak. Lintas pemikiran kau abaikan, sepertinya kalian suka dengan korban. Sialan.

Mereka manusia bukan keledai. Mereka sahabatku.

10 April 2011

Tebas Garis Tanpa Makna

Seraya waktu yang tak pernah berhenti. Dinamis harga mati kaum intelektual. Keluwesan paradigma dengan ke-Ideologi-an yang jelas dan tegas. Berputar dan berputarlah pada poros.

Matahari simbol energi. Meretas setiap rana dekadensi pada aras muda. Menjelma diakhir putaran, hidup atau mati.

Tebas segala waktu dalam dinamis. Mengenakan sejuta harapan kisah-kisah. Menjadi makna tanpa makna. Dalam garis yang Tertulis.

03 April 2011

Ulat Manusia

Maret 2011 media mulai riuh memberitakan kegelisahan warga Probolinggo. Sebenarnya berita-berita seperti ini dalam rancangan politik adalah pengalihan isue yang sangat menarik, namun saya tidak akan membahas benang merah persoalan politik dan ulat. Meskipun sebenarnya politik dan ulat bagaikan keping recehan mata uang.

Kasus hama ulat adalah miniatur problem timur tengah, yang mana sekutu dengan arogansi politiknya membabi-buta Libya dengan sebuah tujuan keuntungan negara maju atas nama demokrasi. Persoalan yang sama dengan ulat yang dibunuh, dibakar karena telah menguasai ekosistem.

Tidakkah demokrasi atas berpikir dikesampingkan. Manusia melupakan kearifan dalam memperlakukan bumi dan isinya. Ada rantai makanan, ada jaring-jaring makanan, ada ilmuan, dan ada Kesahajaan budaya Nusantara.

24 March 2011

Liar Berbingkai

Hantam dengan telak ketidak-jujuran. Lawan dengan idealis. Maju dan pantang menengok ke belakang.

Warna senja membuat kita semakin luluh. Masa muda bukan waktunya menyerah. Genggam dan raih dengan jalan bergelombang yang kau buat sendiri. Lurus hanya akan membuat kita terlupa akan terjang badai kehidupan.

Seliar alam jagad raya dalam berkarya. Sedalam putaran gelombang radiasi dalam menciptakan virus kedamaian. Berharmoni dengan bahasa kejujuran.

Betina Liar

Ikat itu bukan main-main. Muda bukan coba-coba. Cinta letaknya hanya di neraka, cinta simbol main-main, layaknya anak kecil yang cinta dengan main-main.

Sederhana saja, belajar kehidupan, bertanggungjawab, menghargai sesama, dan jujur itu sudah cukup. Materialistik hanya membuat ruang semakin berbeda. Betina Liar akan selalu liar.

Berpikir karma bukan lagi awal. Lalui dengan jalan betina liar. Betina yang tak mampu menjaga keliaran dan betina yang lelah dengan keliaran.

Hidup bukan kemudahan saja, jadi jangan kau anggap mudah. Hidup bukan kesulitan saja, jadi santai saja. Jadilah betina liar yang bisa belajar, bukan betina liar muda dengan otak pesakitan.

Asap Liar

Nikotin menjalar ke paru-paru dengan hiasan kemerdekaan. Karbondioksida merasuk memberikan kanker tak diundang. Oksigen penawar efektif bagi keberlanjutan.

Asap liar ada dimana-mana. Aturan hanya pada orang yang ber-etika namun tak ber-otak. Asap liar primadona bagi para pecandunya.

Tanaman itu liar, begitupun dengan asapnya. Pabrik itu liar, begitupun dengan asapnya. Liar tanpa batas menjadi simbol kemerdekaan. Merdeka itu penting.

18 March 2011

Mantan Sahabat

Mendengungkan gejolak arah; aku semakin tak peduli.
Di-ibakan atas nama cinta; aku bosan.
Memandang langit yang terlampau nyenyak saat tertidur.
Tak berarti cantik Bintang dan elok Bulan;
Mereka butuh Matahari.

Do’a bersama lirih suci dirinya;
Menunjukkanku pada binar cahaya.
Disebrang jalanku yang tak tentu;
Dia membelokkan dengan cara yang berbeda.

Sahabat adalah simbol sejati dalam hidup;
Tanpa sahabat, hidup takkan ada artinya.
Sahabat melebihi cinta segala-galanya;
Begitupun datangnya Mantan Sahabat;
Mereka butuh Mantan Sahabat.

Satu pilihan hati. Satu keyakinan dalam melantunkan arah.
Setiap fitrah alam berpasangan

11 March 2011

Retak Bumi

Bergetar dinding sebrang timur
Riak tembus kekuasaan
Menanti waktu reda

Dipesisir terdampar
Pengeran timur menangis
Seraya meratapi terjangan
Amuk yang selaras kekejaman

Satu getar magma
Satu kata dalam bencana
Satu do'a bagi korban

Gelombang Merengkuh Tohoku

Gempa 8,8 skala Richter di pesisir timur laut Jepang. Meluluhlantahkan wilayah Tohuku, tepatnya di daerah utara pulau Honshu. Sekali lagi dunia berkabung.

Stunami yang menghantam negara maju seperti Jepang, mengingatkan kita pada dialektika stunami yang menghujam Indonesia di tahun 2004. Dengan kedahsyatan 9,3 skala Richter disebelah barat Aceh.

Gelombang tinggi menerjang tak pandang bangunan kokoh nan mentereng. Semua akan terlindah oleh gemuruh keangkeran stunami. Seperti kita ketahui bahwa konsumsi ikan di jepang adalah tertinggi di dunia, dan kali ini ikan akan menari bersorak ria diatas kedigdayaan negara Jepang.

Hormati laut dan hargai ciptaan didalamnya dengan seadil-adilnya untuk kemakmuran dunia. Pesan dari Ikan Nusantara.

09 March 2011

Persimpangan Pendidikan

Duhai kelembutan tutur nan bijak: janganlah rentan akan sikap kedisiplinan pembelenggu kreatifitas. Saat romantisme budaya barat menjadi tiang penyangga, maka jadikan lantai budaya kerifan lokal dikepala para anak-anak Indonesia.

Duhai yang dihormati: Tidak bisa hidup tanpa tawa dan gurau, biarkan tawa jadi lumbung peringkat satu dunia dan jadikan gurau sebagai lantunan belajar.

Kekang, jangan kau kekang dengan seragam, jangan kau tikam dengan SPP, jangan kau bungkam dengan aturan pengikat. Biarkan pendidikan mencari jati dirinya. Anak-anak tidak butuh tugas-tugas atau nilai UAN yang bagus, namun butuh harkat dan martabatnya dihargai.

Saling berusaha dan optimal. Mengeluh hanya menjadi kantong sampah pendidikan.

05 March 2011

Alas Tak Ber-alas

kata Alas biasa disebut oleh orang jawa, namun dalam bahasa Indonesia Alas bernama Hutan. Alas bukan Alaska yang dingin dan beranjak mencair akibat pemanasan global.

Kini jarang ditemukan Alas nan rimbun. Berangsur dan bertahap Alas telah menjadi ruang pekat nan gersang. Nama Alas terkikis keangkerannya, karena yang didalam Alas, seperti harimau ikut dimusnahkan.

Bagaimana jika manusia modern dan kapitalis tidak ber-alas, tidur tidak ber-alas, makan tidak ber-alas piring, minum tidak ber-alas gelas, semua itu ada kemungkinannya jika manusia masih terus-terusan menghancurkan Alas.

02 March 2011

Persinggahan Ikat Suci

Minggu, 27 februari 2011. Pagi berdegup melintasi sahaja waktu. Melewati dua makam Presiden Indonesia, dari sang revolusioner ke pembaharu perubahan nusantara. Tujuh dalam satu mobilitas dan tujuan yang sama.

Ini waktu yang terlewati begitu saja, cepat, tanpa aral dan penuh harapan. Saat yang dinanti bagi kehidupan yang baru. Kehidupan yang menjadi fitrah anak manusia dalam melanjutkan hidupnya.

Hanya berdasar keyakinan dan niat baik. Itu saja.

11 February 2011

Hijau Bumi Nusantara

Simbol hijau nan suci, bersikeras dengan kedamaian dinamisasi liberal. Pergolakan Nusantara kini memainkan peranan politis angkuh. Berjibaku dalam rana kuasa dan berkata:"Yang kuasa yang dapat makan". Sebuah slogan bagi serigala berparas monyet.

Bumi sudah tak kuasa menahan amarah sang suci. Satu persatu darah mulai berceceran. Konflik etnis, agama menjadi lumbung para politisi busuk untuk menjadi pahlawan. Kaum intelektual mulai mencari jalan aman, dan membersihkan kotoran yang berlumpur tai anjing.

Indonesia butuh tatanan baru. Butuh kualitas kejujuran. Butuh simbol kebenaran. Dan Indonesia tidak butuh orang pengecut berparas suci.

Sebuah refleksi tentang Nusantara. Menggagas wajah baru, Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai tradisi dan kekuatan NKRI.

25 January 2011

Beriak Telaga Sunyi

Embun pada getah nadi memerah
Terasing pada luapan air
Bengalir diantara dedaunan
Bersua kejujuan
Sampaikan salamku pada kebenaran

Telaga hening rumahku
Sunyi tanpa batas
Beriak tatkala bingkai kebohongan membumi

18 January 2011

Batas Putih

Pergolakan nusantara mulai berintrik. Sikut sana sikut sini. Diterpa dihancurkan koruptor. Nusantara bertahankah?

Manusia mulai men-Tuhankan kertas-kertas. Jabatan dan status jadi Surga. Mobil mewah dan pelesir Eropa jadi Tujuan. Harapan rakyat hanya ada dimimpi. Nusantara bertahankah?

Fenomena gila ada dimana-mana. Mulai muncul kebenaran baru dari lubang kemunafikan. Nusantara bertahankah?

Saudara kita sangat mencintai perang. Konflik disengaja, konflik yang penuh senyum durhaka. Sampai ada konsep manajemen konflik. Nusantara Bertahankah?

Gerakan regresif, penuh korelasi tanpa perlakuan atau percobaan tidak ada lagi yang berani. Manusia mencari titik aman, seperti mencari hidup panjang. Sehingga menghalalkan kekayaan atas nama individu, dan yang tertindas dan miskin maa bodoh. Nusantara bertahankah?

Batas putih harus ditegakkan. Bersuaralah dengan lantang akan kebenaran. Perjuangkan sendi-sendi kaum marginal dan kaum tertindas. Berkatalah pada dunia bahwa ini NUSANTARA, negara para dewa Kebaikan.

Bercita dan Bertujuan

Aku lewati usia Gie. Demam kehidupan yang baru. Menapaki kisah yang penuh terjal tajan. Badai terkikis keikhlasan. Bersamamu keikhlasan aku damai.

Jerah dengan semua masa muda. Lalui perubahan dengan cahaya keyakinan. Halang pasti ada, tapi dengan keyakinan berstrategi risiko aku bisa lalui.

Hidup penuh risiko. Awal manusia lahir hanya ada dua pilihan, hidup atau mati. Begitupun seyogyanya. Bukan takut akan hari esok, tapi pandanglah hari esok adalah hidupmu.

Awal tahun rasa syukur yang begitu dalam, Engkau bukakan semua Tuhan. Aku yang tak mampu, aku yang lemah, aku yang tak berdaya, namun aku pantang menyerah.

Rintik yang melanda bukanlah alasan untuk tetap. Berjalan digelombang arus deras dengan untaian senyum tajam dan doa-doa.

13 January 2011

Lantunan Keikhlasan

Tidak ada lagi ruang bedebah. Hilang terkikis aroma kejujuran. Menatap cahaya suci dibalik rumpun dunia.

Jalani dan jalani saja. Sejarah tergores pelik namun indah. Kita ciptakan percikan halus nan lembut.

Riuh ramai mereka tidak lagi hinggap. Sejajar nafas damai sejati. Aku lantunkan keikhlasan agar suci menjadi suci, damai menjadi damai. Seiring jalan yang tertera dalam kitab terdahulu.

10 January 2011

Dunia Virus

Lantunkan lagu perang. Teriak tajam penuh murka. Tanpa lagi ruang sahaja di bumi. Ini adalah duniaku. Dunia virus.
Konservasi hanya diundang-undang, kau ajarkan anak manusia dengan celaka retorika. Masa emas dan bentuk seksi hanya di sejarah. Kemakmuran dan gemah ripah loh jinawi hanya ada di kitab-kitab. Kau ajarkan kebohongan.

Jalanan Mencekam

Terobos kala waktu tak bersahabat. Lalui jiwa-jiwa pemberontak. Menerpa segala asing dalam diri. Seraya cahaya dengan kilau yang memutihkan segala warna.

Aku berdiri diatas kertas bertulis. Tak berhadap realitas, namun entitas. Menyusun segala daya permata dalam gelap. Ribuan jalanan serta raut muram takkan menghentikan semua ini.

Aku dalam riuh tak sejati. Menghantam ketidakadilan. Menghujam sendi kemalasan. Meretas asa yang telah hilang.

Jalanan sudah tak bersahabat. Ekosistem memerah corona neraka. Melibas tak berdaya. Bersamamu aku disisi petarung jalanan. Takkan gentar dengan egosentris biadab manusia. Meskipun jalanan mencekam, akan aku lalui dengan tenang jiwa.