Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

27 September 2010

CUACA EKSTRIM ADALAH KAMBING HITAM

Gagalnya panen para petani menjadi buah bibir yang tiada hentinya. Banjir, cuaca, dan alam menjadi kambing hitam bagi kegagalan produksi. Petani merana, pejabat tertawa, akademisi linglung, itulah yang terjadi saat ini.

Kesejahteraan dan keadilan terasa jauh dan hanya berada di awan-awan. Sejarah menjadi penghafal saja, masa lampau berlalu tanpa arti. Tonggak kesuburan hancur lebur akibat kerakusan manusia.

Jangan salahkan cuaca, cuaca tidak salah. Jangan kebiri masyarakat dengan kabar palsu. Atau celoteh yang hanya menghasilkan uang saja.

Keseimbangan ekosistem, keragaman, dan gotong-royong terkikis oleh keserakahan kaum penjilat, pejabat, bangsawan yang sampai saat ini hanya menggemborkan tahta. Kita sudah bosan dengan slogan palsu, sampai-sampai kaum independen kau seret dalam liang kuburmu.

Belajar dari cuaca, dan kembali pada penghitungan kalender insting petani.

23 September 2010

Hujan Itu Anugerah

Tidak ada hujan bukanlah negaraku. Dengan hujan, sumber daya alam menjadi berlimpah. Kemakmuran menjadi sahabat. Kesejahteraan pun hinggap selalu.

Bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor bukanlah berasal dari hujan. Melainkan kerakusan manusia dalam memanfaatkan alam secara berlebihan dan tak tahu malu.

Setiap tahun berita itu selalu ada. Hujan disalahkan oleh manusia. Manusia yang harusnya disalahkan, atau saya saja yang disalahkan.

Hargailah alam ciptaan Tuhan. Berefleksi akan hakekat hujan yang turun sesudah gelap datang, yang turun hanya dilokasi tertentu. Sumber pencemar seperti karbon hanya bisa bersih tatkala hujan datang

Terimakasih Tuhan.. Hujan adalah Anugerah..

15 September 2010

Ceria Bumi

Tak lekang waktu keindahan khatulistiwa. Bumi tersenyum menatap optimis hari esok. Embun mengibaskan ruang datar laras kulit. Meresap pertanda sehabis hujan.

Aroma sunyi sirnah dengan sebuah harapan. Terlepas masa suram dalam penat. Begitulah kira-kira jika menjadi manusia optimistik.

Lepaskan dalam pantai riuh gemerisik ombak. Tertawa kanak dalam jemari liar. Menyapa sang bidadari alam. Ku terperanjak paras senja.

Merona bukan merana. Cerialah ke hadap-Nya. Bahagiakan sekitar dengan jalan pikir yang menentang dunia. Meletakkan kerendahan, Namun menjulang kekayaan hati.

09 September 2010

Bangkai Polutan Kemaren

Ramadhan 2010. Bulan yang telah berakhir. Bulan yang penuh berkah. Percepatan yang begitu cepat dan melelahkan.

Jatuh terseret gelombang manusiawi. Terekam jelas berdiri keterpaksaan. Mencoba berlari, tapi itu bukan aku.

Putaran laras hati. Menggeliat menjauh kalah. Mengalah dan berada pada serpihan yang tak berakal. Namun ada cahaya dijuang pendidikan.

Nilai tak terbatas menyadarkan senyum. Menggapai dengan sentuhan dingin. Pencipta tahu akan arti keringat. Seraya bernafas ditengah kota.

05 September 2010

Retorika Kubang Kematian

Bicara perang, Ngomong harga diri, di warung kopi, di jalanan, media beramai-ramai memberitakan...

Seperti inikah para penjajah omongan bicara
Beretorika dalam kubang kematian

Tidak henti-hentinya permasalahan menghujam bangsa ini...
Ketamakan, kerakusan, dan ke-tidak-adilan menggelayut tidak mau pergi

Bermacam profesi penuh dengan pikir licik
Mencari ruang tengah untuk ketenangan

Damai, hijau, keindahan, keharmonisan... Rinduku pada kalimat tersebut