Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

19 April 2009

Anak Pulau Kelapa


Pulau Kelapa yang berada di Kepulauan Seribu merupakan salah satu pulau yang berpenghuni. Masyarakat yang ramah dengan panorama alam yang begitu indah nan elok. Anak-anak bermain di sekitar perahu-perahu yang singgah, bermain dan tertawa.

Aku takkan pernah melupakan gambar di atas. Saat yang menyenangkan, tatkala bisa bercerita dan bercengkerama tentang Elang dengan mereka. "Elang adalah sahabat bagi ekosistem, tanpa Elang pulau akan terasa sepi dan hampa, tanpa Elang nelayan tak sanggup untuk menemukan ikan, tanpa Elang aku tidak mungkin berada di sisi anak-anak pulau Kelapa.

Predator yang memiliki daya terbang tinggi, seakan menginpirasikan bahwa anak Indonesia mampu dan bisa setegar serta sekuat Elang. Simbol yang senantiasa menunjukkan keagungan Sang Pencipta, simbol yang mampu mengingatkan kesadaran kita terhadap keseimbangan ekosistem, dan selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikannya.

18 April 2009

Alang-Alang Menanti Jawaban

Rimbun alang-alang di padang senja. Terpanah oleh rangkaian yang tidak pernah tersentuh. Di tinggalkan bidadari yang pergi ke ruang jauh dari pelupuk matanya.

Ketika aku menghampiri alang-alang, Ketika aku harus berada di antara kegalauannya. Seutas harapan baru bagiku kala itu.

Alang-alang tersebut bernama Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca. Di mata mereka nampak sayu, setelah bidadari yang sangat di cintai meninggalkan daerah mereka. Serasa berada jauh, aku mencoba untuk meyakinkan mereka, bahwa bidadari itu masih ada, dan selalu dekat dengan kalian.

Amel, Cofuci, Dentum, dan Fraca menjadi nama awal bagi perjalananku. Aku akui aku tak mampu menjadi bidadari, aku akui aku tak secantik paras bidadari kalian. Tapi aku tahu tujuan alang-alang.

Kubuat mereka bermain, tertawa, tersenyum, dan berpikir. Muda bukan berarti lemah, muda bukan berarti kalah, akan tetapi muda adalah pilihan.

Di depan sekolah. Saat mereka bersua dalam malam, saat itu juga aku yakin bahwa bidadari itu mendampingi mereka. Bidadari itu akan selau menanti jawaban bagi cita mereka, dan aku hanyalah jembatan bagi pijakan diantara keduanya.

07 April 2009

Selasa, 7 April 2009

Hari selasa, aku terbangun dari serpihan langit kelam. Mulai beranjak dari ruang-ruang mimpi. Menghadapi yang ada, dan bukan melanjutkan mimpi-mimpi.

Besok adalah besok, tiada hari tanpa arti lagi. Tidak ada lagi kegunung, tidak lagi bercengkrama dengan hutan, laut pun terasa jauh. Terkadang lalu-lalang dunia pendidikan memang menjemukan.

Tiada semangat lagi ketika semua harus berlalu. Terasa formal, kian lama kian jauh.

Yang membuat bertahan, hanyalah karya mereka. Semangat mereka dalam menentang kebodohan, menentang keadaan hidup yang sia-sia. Namun sampai kini, sangat sulit melihat mereka dalam mengejar citanya.

Apa aku mesti keluar, kembali ke dunia lama. Mungkin bisa saja terjadi, tatkala dunia pendidikan hanyalah wadah bagi rutinitas dan rutinitas.

Belajar mengetahui, belajar untuk lebih toleran, belajar dari mereka yang belajar, dan bukan belajar dari mengajar.