Begitu dalam isapan nikotinnya. Duduk dilembaran alas biru lusuh. Lampu terang benderang. Di sudut kota, belahan dari katulistiwa. Mereka berbicara pada entitas tak berarti.
Sedikit ku geser warna nadanya. Pelan dalam nuansa pagi. Lepas tanpa batas setelah semua tawa sirna. Diam tanpa suara, suara yang membuat telinga ini semakin sesak oleh mereka.
Berharap keindahan. Berharap akan harapan.
Menari mereka dalam diam. Riang tanpa caffein. Hanya penyesalan dalam rias wajahnya. Nampak jelas tatkala matanya bersembunyi dalam goa kegelapan.
Kujalankan penyesalanku juga. Dalam sunyi nampak surga yang tak terbias. Dalam kelam terdapat aroma yang menyesakkan kehidupan.
Tak berarti lagi caffein. Tidak beguna lagi nikotin. Imajinasi otak terus berlari pada kebebasan, tanpanya lagi.
No comments:
Post a Comment