Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

30 December 2010

Sajadah 25 Desember

Kuletakkan dengan segala hormat. Kutasbihkan liang kehidupan. Bersembah hanya pada-Nya, atas karunia-Nya.

Tanpa rasa ragu. Tanpa pikir. Begitulah keyakinan.

Jilatan Kemunafikan

Bahu terasa berat, urat bergelombang dengan aliran yang tak begitu bernada. Meretas setiap harapan dalam kilau cahaya. Kudengarkan lirih ayat dari utara, masuk dalam kilang kedamaian. Seyogyanya aku tersenyum diawal tahun 2011.

Dua tahun yang menjadi titik balik kelam masa depan. Balutan kebohongan diatas nama baik, sangatlah memuakkan. Aku terjang arus cinta yang hanya singgah di alam kebodohan, penuh rongrongan dan jilatan kemunafikan. Harga diri intelektualpun terbeli atas nama cinta, begitu memuakkan.

Jerat mesti terlepas, terbebas dari rangkul tak bermakna. Logika dan rasa harus berjalan, menatap tajam dengan gelombang kejujuran yang berada diatas tiang segala-galanya.

10 November 2010

Diamlah Seperti Pohon

Sorak ramai harapan dan kedudukan. Status menjadi yang nomer satu bagi kalangan munafik. Mulai menancapkan racun. Menusuk sampai ke rongga masa depan.

Manusia adalah jelmaan antara langit dan bumi. Berada dikeduanya dan saling memberi keseimbangan. Mendekat ke langit dan takkan melupakan bumi, selarasnya seperti itu.

Kini, semua sudah menjadi sampah. Materi jadi tujuan. Jiwa mampu dibeli. Kesenangan menjadi prioritas. Bumi bukan langit, kata orang yang slalu mengagungkan bumi.

Memanusiakan manusia barang langkah saat ini. Semua siap menerkam dan menjatuhkan, tanpa tersisa.

Pohon, diamlah seperti pohon. Diam dengan keikhlasan. Hidup dengan segala manfaat. Menjadi roh bumi, bahkan langit.

31 October 2010

Merah Putih Merah

Nusantara belantara alam raya
Memutih bercahaya dalam kelam
Tak seelok dahulu
Tak serimbun kedamaian
Memerah penuh amarah

Merah Putih bendera memerah
Putih tertutup darah bencana
Merah menjadi lautan tumbal

Hijau bukan warna hutanmu lagi
Biru bukan kulit lautmu lagi
Memerah penuh kuasa manusia
Lupa akan angerah kuasa

Berapa lagi kemampuan keserakahannmu
Kau jadikan mesin-mesin pencetak uang
Kau binasakan bangsamu sendiri

Kembalilah pada fitrah
Jalan kebenaran, dan hantam ke-tidak-adil-an
Indonesia bukan milikmu saja, wahai presiden
Indonesia bukan milikmu saja, wahai DPR
Indonesai bukan milikmu, bukan milikmu

21 October 2010

Semesta Bukan Milik Satu Orang

Hidup milik kita
Kehidupan yang dinamis
Ada tawa dan sedih, begitulah!
Menanti malam untuk sebuah jawaban
Yang datang bersama sahabat

Bukan pada manusia kita bersandar
dan bukan pada mereka para penguasa
atau pula pada ketidakpastian

Pohon tidak pernah takluk
Bumi tidak akan menangis
Laut berombak lentik dengan senyuman
Riuh yang menanamkan manusia menjadi Tuhan
Tuhanpun mengeluarkan Amarah sebagai Pemilik Semesta

Semesta raya adalah anugerah
Hidup, belajar dari hidup
Mati, selalu tampak menyedihkan, namun tidak!!!

16 October 2010

Kirai Payung

Dua tahun aku hidup besama Kirai Payung. Pohon yang begitu berharga, kokoh dan energi keikhlasannya begitu luar biasa.

Akarnya mencengkeram tanah, daunnya menopang karbon disekitarnya. Dahan coklatnya simbol persahabatan. Buahnya buatku berpikir.

Memahami sekitar dengan belajar dengan yang tak berarti. Mengikis masa lalu perjuangan dengan aktifitas yang membuat bunuh diri secara perlahan.

Mental petarung aku buat jadi baja. Sekokoh tatkala masa mereka sudah berubah. Namun aku sangat lemah, rentan dan sudah mulai putus asa.

Hanya semangat mereka yang membuatku bertahan. Dan semangat itu yang akan buatku hidup.

15 October 2010

Hutan dan Paru-Paru

Hutan tempatnya vegetasi penyusun sumber energi bumi. Energi tak tampak yang dapat berpotensi merubah peradaban manusia tatkala vegetasi sudah tidak memiliki tempat.

Paru-paru tempatnya oksigen penyusun sumber energi manusia. Energi tak tampak yang dapat berpotensi merubah fisiologi tubuh manusia tatkala oksigen sudah tidak memiliki tempat.

Hutan menjadi Asap, begitupun dengan paru-paru tempatnya asap. Bukan nikotin saja asap yang merusak paru-paru, namun polusi akibat ketidakstabilan dan minimnya oksigen sebagai pemicu penghancur paru-paru.

Bumi sudah tua. Rentan dan menunngu waktu datang. Bukan reboisasi saja yang dibutuhkan, namun kesadaran hidup bersama lingkungan alam semesta adalah jawaban dari kekuatan pertahanan bumi.

10 October 2010

Bersandar Pada Pohon

Sandaran bumi sudah tak sekokoh masa lalu. Hijau berubah menjadi beton. Irama dinamisasi terkikis aroma manusiawi dalam mempertahankan kehidupan yang hedonis.

Berkeinginan melampaui kuasa langit, namun tak seimbang dengan kuasa bumi. Berpijak dan sekali-kali melawan arus dalam terjang yang kerap kali ada.

Belaian awan hanya menjadi petir dan arus langit yang berbadai.

Pohon, bersandarlah pada pohon. Pohon kehidupan. Akar yang kuat yang akan mampu menopang kehidupan. Bukan lagi hijau dalam daun fatamorgana.

27 September 2010

CUACA EKSTRIM ADALAH KAMBING HITAM

Gagalnya panen para petani menjadi buah bibir yang tiada hentinya. Banjir, cuaca, dan alam menjadi kambing hitam bagi kegagalan produksi. Petani merana, pejabat tertawa, akademisi linglung, itulah yang terjadi saat ini.

Kesejahteraan dan keadilan terasa jauh dan hanya berada di awan-awan. Sejarah menjadi penghafal saja, masa lampau berlalu tanpa arti. Tonggak kesuburan hancur lebur akibat kerakusan manusia.

Jangan salahkan cuaca, cuaca tidak salah. Jangan kebiri masyarakat dengan kabar palsu. Atau celoteh yang hanya menghasilkan uang saja.

Keseimbangan ekosistem, keragaman, dan gotong-royong terkikis oleh keserakahan kaum penjilat, pejabat, bangsawan yang sampai saat ini hanya menggemborkan tahta. Kita sudah bosan dengan slogan palsu, sampai-sampai kaum independen kau seret dalam liang kuburmu.

Belajar dari cuaca, dan kembali pada penghitungan kalender insting petani.

23 September 2010

Hujan Itu Anugerah

Tidak ada hujan bukanlah negaraku. Dengan hujan, sumber daya alam menjadi berlimpah. Kemakmuran menjadi sahabat. Kesejahteraan pun hinggap selalu.

Bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor bukanlah berasal dari hujan. Melainkan kerakusan manusia dalam memanfaatkan alam secara berlebihan dan tak tahu malu.

Setiap tahun berita itu selalu ada. Hujan disalahkan oleh manusia. Manusia yang harusnya disalahkan, atau saya saja yang disalahkan.

Hargailah alam ciptaan Tuhan. Berefleksi akan hakekat hujan yang turun sesudah gelap datang, yang turun hanya dilokasi tertentu. Sumber pencemar seperti karbon hanya bisa bersih tatkala hujan datang

Terimakasih Tuhan.. Hujan adalah Anugerah..

15 September 2010

Ceria Bumi

Tak lekang waktu keindahan khatulistiwa. Bumi tersenyum menatap optimis hari esok. Embun mengibaskan ruang datar laras kulit. Meresap pertanda sehabis hujan.

Aroma sunyi sirnah dengan sebuah harapan. Terlepas masa suram dalam penat. Begitulah kira-kira jika menjadi manusia optimistik.

Lepaskan dalam pantai riuh gemerisik ombak. Tertawa kanak dalam jemari liar. Menyapa sang bidadari alam. Ku terperanjak paras senja.

Merona bukan merana. Cerialah ke hadap-Nya. Bahagiakan sekitar dengan jalan pikir yang menentang dunia. Meletakkan kerendahan, Namun menjulang kekayaan hati.

09 September 2010

Bangkai Polutan Kemaren

Ramadhan 2010. Bulan yang telah berakhir. Bulan yang penuh berkah. Percepatan yang begitu cepat dan melelahkan.

Jatuh terseret gelombang manusiawi. Terekam jelas berdiri keterpaksaan. Mencoba berlari, tapi itu bukan aku.

Putaran laras hati. Menggeliat menjauh kalah. Mengalah dan berada pada serpihan yang tak berakal. Namun ada cahaya dijuang pendidikan.

Nilai tak terbatas menyadarkan senyum. Menggapai dengan sentuhan dingin. Pencipta tahu akan arti keringat. Seraya bernafas ditengah kota.

05 September 2010

Retorika Kubang Kematian

Bicara perang, Ngomong harga diri, di warung kopi, di jalanan, media beramai-ramai memberitakan...

Seperti inikah para penjajah omongan bicara
Beretorika dalam kubang kematian

Tidak henti-hentinya permasalahan menghujam bangsa ini...
Ketamakan, kerakusan, dan ke-tidak-adilan menggelayut tidak mau pergi

Bermacam profesi penuh dengan pikir licik
Mencari ruang tengah untuk ketenangan

Damai, hijau, keindahan, keharmonisan... Rinduku pada kalimat tersebut

31 August 2010

HUTAN BUKAN MILIK KORUPTOR

Yang namanya Koruptor hanya pantas dihukum pancung. Apalagi Koruptor yang maen dengan pengusaha perusak hutan, dan yang lebih parah koruptor yang berdikari dengan para peneliti penghancur hutan.

Bedebah...

Kita hanya di warisi bencana. Kita dibuat bertengkar dengan sesama aktifis lingkungan. Peneliti dikerdilkan hanya dengan uang dan rasa takut.

Bedebah Koruptor...

Kaum intelektual sibuk ngurusin perut buncitnya. Tanpa pernah memikirkan sejengkal dari keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan manusia. Hutan dibabat sebagai warisan, dan pewaris hanya nriman atau ribut tanpa esensi yang jelas.

11 August 2010

Segelas Api

Memadamkan amarah untuk keseimbangan. Memadamkan impian demi sebuah kesahajaan. Memadamkan perlawanan yang tak kunjung berujung.

Sejatinya perjalanan bukanlah hal menggapai impian. Perjalanan adalah titah hidup untuk amanah. Meniti kelangkaan yang tak semestinya ada, mungkin itu hanya sebuah cita dan bukan entitas sebenarnya.

Disaat dualisme datang maka hanya tulang rusuk yang mampu singgah dalam hentakan laras panjang. Menusuk sampai kedalam roh yang ternoda oleh duniawi. Wajar-wajar saja semua yang ada, dan menjadi tidak wajar hanya dalam hitungan detk dan kelamnya kebohongan. Dengan segelas Api cukuplah untuk meredakan gelombang stunami amarah bumi.

08 August 2010

Merdeka atau Mati

Istilah Merdeka sudah tereduksi menjadi kata-kata asing jauh dari neraca asal mula tetesan darah perjuangan negeri ini.

06 August 2010

Sepintas NUSANTARA

Hidup sudah tak seperti sedia kala. Dahulu adalah ruang kebebasan dalam segala hal. Berekspresi tanpa batas, berjuang tanpa pernah lelah, berjalan di atas pesakitan yang penuh dengan kejujuran.

Keterpaduan menjadi idealisku, bukan lagi arogan atau kebenaran saja. Semua tampak mati, terlihat diam oleh senja yang tak bertuan. hadapi saja kata orang-orang..he..he...

Pendidikan bukan lagi pendidikan, semua pudar oleh kegelisahan yang tak semestinya ditakuti. Berlari bukan jalan. hadapi saja kata orang-orang....he..he...

Semoga hari ini adalah sedia kala, yang tak kenal batas dan menangis, yang berdiri kokoh diatas tebing NUSANTARA.

30 July 2010

Merah Tanpa Nyala

Kesunyian bagian dari fitrah alam ciptaan-Nya.
Melangkah sejenak untuk Nusantaraku.
Berefleksi hakikat hijaunya nusantaraku.
Beragam rona dan warna dari kilau surga dunia..

Ujung tajam tatap masa depan
Tergelak oleh nyanyian pinggir jalan
Sontak lantunan penjajah nada-nada..
Hijauku menjadi kelam!!

Kami bukan jajahan
dan Kami bukan penjajah
Eksistensi kami tercipta oleh darah
Merah merah merah dan putih...

24 July 2010

Sederhana Saja

Mengalir dalam kegelapan, masuk dalam jelaga kehidupan. Ini bukan porosku, ini bukan pintaku, dan ini bukan bagian dari segala bentuk penindasan akan keserasian yang sudah aku bangun sejak sedia kala.

Bukan berarti tanpa sebuah cita dalam keseharian. Bukan berarti tanpa pertempuran dan perlawanan.

Wilayah Konservasi

Secara tidak sadar konservasi telah merasuk dalam sumsum kepalsuan. Angan sebuah keseimbangan hanyalah tatanan kosong tak berarti. Sejak melangkah dalam sosial masyarakat sekitar konservasi, sejak saat itu semua dimulai dengan untaian bintang di langit. Tidak mudah menanamkan "kesederhanaan", semua berada pada lingkungan keserakaan dan berotasi pada titik kehancuran yang dibuat sendiri. Dalam konotasi pertama: masyarakat tidak butuh lagi kesadaran dalam menjaga dirinya dan lingkungan, Pejabat hanya sibuk dengan lantunan nada-nada bualan dan hanya ketimpangan yang dinampakkan bukan lagi nilai-nilai, Kaum Pekerja masyarakat yang menamakan LSM hanya sibuk pada tataran ideaisme mereka tanpa memahami unsur keterpaduan. Semua hanya berotasi pada lingkaran bencana dan akutnya otak "kemunafikan".

Wilayah Pendidikan

Dunia pendidikan "Lebih Ngeri". Yang punya kesempatan belajar hanya bisa bermain, yang tidak punya kesempatan belajar hanya bisa meratap. Penuh konspirasi tanpa lagi kejujuran. Penuh kemunafikan tanpa lagi memperhatikan nilai-nilai pendidikan. Aku yakin para pendahulu negeri ini akan menyesal jika penghuni nusantara hanya berisi dengan logika tanpa hati. Mau dibawa kemana tatanan ini hanya menjadi milik penguasa, kaum yang tidak berkuasa hanya bisa meratap. Dimana keadilan?dimana Kebenaran?dimana kejujuran. jawabnya hanya ada di awan.

Wilayah Semut

Aku merindukan semut. mereka bekerjasama dalam survive, mereka memperjuangkan anugerah yang telah diciptakan. Hewan selain semut, seperti orang utan, lutung, kakaktua hanya menjadi pertarungan bagi manusia. Namun semut bebas dari pertarungan. Mereka hidup dengan "kesederhanaan", memahami kehidupan dari sisi yang sederhana karena bentuknya yang sederhana, dan aku yakin manusia pasti punya "kesederhanaan".

23 July 2010

"Ruang" Ruang Ompong

Aku berpikir inilah tempat bagi harimau, macan dan singa berkumpul membangun eksistensinya. Berada didalam kandang yang kesemuanya siap menerkam yang namanya kebrobokan dan kekuasaan para pemangku kepentingan yang tidak berpihak kepada alam hutan rakyat. Satu persatu mereka mengaum dengan gaun yang elitis, seraya anggota DPR ketika terihat dalam rapat bersama sorotan kamera media massa.

Seminar dan workshop menjadi bagian formalitas bagi tatanan yang menjemukan tatkala hanya berisi taring ompong. Aku dilarang idealis. idealis apa aku juga tidak mengerti. Apakah sebegitu kelakuan pemangku kekuasaan, kerjaannya melarang dan melarang.

Tunjukkan bahwa kita masih muda, kaum bermuda dan bukan kaum ompong. Muda berubah Indonesia Berubah.

19 July 2010

Entitas Berdikari dengan Cahaya

Cahaya ibarat roh dalam keseharian. Tanpa cahaya hanya akan muncul kegelapan, tanpa cahaya tanaman tidak bisa berfotosintesis, tanpa cahaya maka indera mata hanya menjadi hiasan saja. Begitu pentingnya cahaya dalam gelombang kehidupan manusia dalam menggapai dinamisasi.

Bercahaya ketika melakukan etos berdikari merupakan kerja keras dengan keikhlasan. Berusaha menaklukkan diri sendiri dan bukan menaklukkan manusia apalagi alam.

Sejenek perenungan akan menjadi loncatan bola api tatkala dipenuhi dengan kilatan-kilatan kesungguhan hati. Mencoba meraih dan bukan menggapai angan. Semua bisa dilakukan jika kita mampu melakukan etos berdikari. Semoga cahaya menyinari entitas setiap kelembutan dan kejujuran...

18 July 2010

Bentang Alam bukan Simbolisasi

Merefleksikan Bentang Alam dalam kadar susunan yang sangat terukur menjadikan peluang risiko negatif akan semakin kecil. Dalam secuil apa yang ada di bumi ataupun alam semesta tersembunyi hakikat mengenai kehidupan. Belajar tanpa batas, meski sebatas mengenal.

Kondisi Bentang Alam di Indonesia sangatlah beragam. Tatanan struktur yang begitu rumit bukan halangan untuk bisa menjadi bagian dari ilmu pengetahuan yang nantinya mampu dimanfaatkan untuk makhluk hidup. Bukan lagi waktunya berdiam ketika semua sudah terkuak keindahannya.

Satu hal yang pasti, Ilmu pengetahuan adalah integratif, tersusun diantara bidang bidang yang menjadi pedoman bagi pelaku. Termasuk Bentang Alam menjadi misteri tersembunyi yang semestinya kita bisa mengukur setiap jengkal dari sistemnya.

14 July 2010

Sekilas Info Konservasi

Konservasi bukanlah istilah asing bagi kaum peduli lingkungan. Sebuah istilah Dewa penyelamat yang senantiasa bertarung dengan kerakusan dan kemunafikan. Konservasi senantiasa disejajarkan dengan perlindungan, konservasi sumber daya alam adalah Dewa penyelamat.

Seberapa-jauhkah kinerja Dewa Penyelamat:

Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2009, Konservasi sumber daya alam adalah pengelolahan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Begitulah kira-kira difinisinya Dewa Penyelamat.

Dalam wilayah aplikasi, hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan. Pengetahuan, pemahaman dan keberlanjutan adalah simbol yang senantiasa mengajak masyarakat bersahaja dan bijaksana dalam menilai alam. Dan bencana bukanlah pengingat jika preventif mampu untuk dilakukan. Selamat mencintai konservasi dengan segenap jiwa raga.

09 July 2010

Aku tidak ingin berkonflik

Sebaiknya semua seperti adanya, tanpa pernah ada pembicaraan atau tatap muka. Selaras dengan kedamaian dan melupakan konflik.

Sebaiknya konflik terjadi dengan sendirinya dan tiba-tiba, ini akan lebih menarik. Jika konflik terjadi secara terencana atau direncanakan hanya akan memunculkan dinamisasi kehidupan berkonflik, ini akan lebih menyakitkan. Justifikasi kebenaran bukanlah hal yang semestinya dipertahankan.

Konflik merupakan bagian dari sistem yang diciptakan sebagai bagian dalam proses berpikir. Menjauhi dan meniadakan konflik akan terasa bijaksana. Seperti yang sudah-sudah bahwa konflik akan terjadi tanpa pernah kita meminta.

02 July 2010

Rona Wajah Bumi

Menata selaras dengan alam itu bukanlah hal yang mudah, menjadikan kebiasaan dalam relung setiap ibadah. Kesahajaan hidup tatkala sunyi merupakan jalan terang benderang.

Masa suram akan berlalu begitu saja tanpa kita sadari. Langkah pilihan akan menjadi jalan baru bagi sebuah harapan. Ketika terbang kita akan melihat rona wajah bumi, dan ketika jatuh bukanlah sebuah bencana. Dinamisasi dan peruntukan cinta akan membuat diri lebih kuat menghadapi terpaan.

Sekilas nampak begitu biasa, sekilas hanya letupan kritis semu, sekilas hanya persinggahan belaka. Namun esensi menjadi berlian di padang lumpur hitam kelam. Nikmatilah namun jangan terjerembab dalam kenikmatan.

27 June 2010

manusia adalah sama

Kekuasaan hanya akan mumunculkan ketakutan. Ketakutan itu muaranya kepada kemarahan. Kemarahan berimbas pada kebencian yang akan berakhir dengan pertengkaran.

Sejatinya manusia adalah sama.

11 June 2010

Manusia butuh sejengkal waktu dari istirahatnya

Ketika tidak sudah terlemahkan, maka terlampau jauh langkah yang telah berlalu. Rasa sakit seolah telah mengakar dalam setiap langkah. Kuingin menghisap nikotin dan hangatnya cafein sampai harapan itu tiba dengan tersenyum.

Harapan adalah kehidupan, maka milikilah harapan itu dengan kasih sayang. Setiap harapan yang termuntahkan akan menjadi kemilau berlian yang terasah melalui proses “rasa”. Manusia membutuhkan empiris dalam setiap waktunya, diperlukan hibernasi dengan segenap konsekuensi.

Jangan pernah berlari tatkala aral datang, jika tak kuasa “menghindarlah”. Semua yang terlewati hanyalah mimpi dan pelangi dari rona kehidupan nan sunyi. Jika mampu sendiri kenapa harus melangkah berdua, semua yang terjadi adalah kehendak-Nya.

09 June 2010

RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO

Risiko merupakan kejadian yang tidak diinginkan namun memiliki kemungkinan untuk terjadi. Kemungkinan tersebut akan menyebabkan hasil yang tidak diinginkan pada kesehatan keuangan, bisnis dan/atau tujuan keluarga.

Secara keseluruhan risiko dalam kesehatan keuangan terutama dalam keluarga dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.Risiko Harga
2.Risiko Lingkungan
3.Risiko Hukum
4.Risiko keuangan
5.Risiko relasi/ hubungan
6.Resiko sumberdaya manusia
7.Resiko 5, yaitu Kematian, cacat, pertikaian, perceraian, penyakit.

Dengan mempelajari risiko, maka kita bisa memperkirakan semua potensi hasil, probabilitas dari setiap hasil, dan biaya dari hasil yang tidak diinginkan.


Manajemen Resiko
Dengan menggunakan manajemen risiko maka kita bisa menjamin suatu hasil. Ada lima hal yang sangat berarti dalam manajemen risiko.
1.Menurunkan probabilitas yang mungkin akan terjadi
2.Menurunkan dampak jika terjadi sesuatu
3.Transfer biaya yang tidak diinginkan dari orang lain
4.Menghindar potensi kegiatan yang menyediakan probabititas kosong yang akan terjadi
5.Membiarkan risiko terjadi dan siap dengan semua konsekuensi.

Ada berbagai macam “risiko” dan manajemen risiko dalam setiap kegiatan, misalnya manajemen risiko pada contoh risiko lingkungan: tumpahan kotoran menyebabkan hasil yang tidak diinginkan. Risiko yang bisa diperoleh adalah denda, tuntutan hukum, dan hilangnya pendapatan. Manajemen risikonya adalah dengan mengurangi risiko melalui pendidikan, fasilitas, monitoring/pengamatan/evaluasi, menambah ruang/tempat buat pembuangan.

Bagaimana cara kita agar bisa menerapkan manajemen risiko, yaitu pertama dengan menyadari (identifikasi), kedua Mengevaluasi, ketiga memutuskan, keempat implementasi, kelima kontrol.

Resume 2
Judul : What is Risk and Risk Management
Analisis Resiko Lingkungan

04 June 2010

Dipersimpangan Waktu Bulan Juni

04 Juni 2010, Sejak melintas pada lintasan diagram terbalik, mata seolah terbelahak oleh dinamika kepalsuan kehidupan. Ini bukan sebuah pencarian identitas ataupun penuntasa harga diri, namun lebih kepada keseharian jalanan dari jalan ketidakpastian.

Dunia pendidikan, aku kembali kedunia pendidikan, belajar formal mengasah pemikiran dinamis dan bukan empiris statis. Menjadi panutan bukanlah mimpi, namun bermanfaat adalah harga pasti. Satu tahun bersama abu-abu putih lalui masa baru satu tahun lalu, dan intensitas yang terbangun tidak akan menjadi peradaban jika hanya satu tahun.

Kini pemikiran tersebut terpecah, tatkala semua belum tuntas aku berjalan kepersimpangan lagi. Menjalani studi lanjut yang menjadi cita masa lalu kini terpenuhi, meski belum tuntas, namun aku pastikan satu tahun setengah cukup untuk menyelesaikan formalitas dari cita.

Berjalan tanpa arah dengan lingkungan yang terarah
Kembali pada jiwa-jiwa kedamaian bukan gejolak emosional
Meretas waktu sampai hayat
Menyusuri setiap detik dengan ruang tanpa batas

Ku berhenti tatkala jenuh
Ku belajar mengontrol tatkala sakit menggila
Ku teriak ketika diam
Ku lantunkan nada nusantara tatkala terpecah
dan Ku sampaikan kabar hingga otak kalian tersenyum

18 February 2010

Kuasa Langit Dalam Paradigma Kritis Lingkungan

Abu-abu, biru, putih, jingga dan pasti ada waktunya dalam gelap. Perubahan yang dinamis senantiasa mengisyaratkan akan selalu ada perubahan. Terkadang perubahan itu bernilai baik bagi manusia, terkadang juga sebaliknya.

Ketidakpastian akan warna pada sisi mata terang merupakan jawaban akan keberagaman isi bumi. Bukan lagi persamaan dalam memandang segala bentuk permasalahan yang melekat pada dunia lingkungan. Degradasi mutlak bagi kerakusan umat manusia.

Kuasa langit kian tak terbendung. Peradaban yang dibangun seolah mentasbihkan manusia pada jurang kebinasahan.

Berada pada keelokan alam semesta dalan ciptaannya seyogyanya menjadikan suasana dinamis tersebut menjadi kekayaan yang sempurna. Menentang segala bentuk penindasan dan memperjuangkan keadilan diatas ilmu pengetahuan dan moraliti dalam kebijaksanaan.

Sejarah takkan berulang, peradaban manusia selalu mengalami perubahan, dan kepastian waktu akan selalu melaju dengan putaran bumi pada porosnya.

31 January 2010

Komunitas Rajekwesi sebagai Belantara Dimensi Persahabatan

Sabtu, 23 Januari 2010, seusai memberikan stimulus mengenai LKTI dari salah satu peminat ilmu pengetahuan. Dimulai keberangkatan dari Malang, dengan belaian tas yang menemani perjalanan sederhana. Jenuh adalah ucap yang sangat menarik dalam memotivasi rona penglihatan pelangi jalanan, mencoba kembali di habitat awal, belajar dengan bahasa tatap empiris.

Hujan mengguyur saat tiba di kota Anglingdarma. Gerimis tak menghalagi jalan dengan tetesan lembut yang terus saja membasahi lelah tubuh ini. Malam yang selaras dengan kedamaian akan eksistensi perjalanan.

.........

Tiga hari sudah di kota Bojonegoro. Malam adalah warung kopi pinggir jalan, berbahasa, tertawa, berkeluh dan bercita. Berempat dalam lingkar sahabat, mencoba meluangkan diri pada setetes harapan. Berharap pada keadilan dan kesejahteraan sosial, sehingga terlontar komunitas Rajekwesi. Membaca, bersahabat, kepemimpinan dan motivator adalah ide awal dalam pembiusan cita bersama.

.........

Ke-esokan adalah perjalanan, berpetualang dengan motor. Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, dan Madiun terlewati dalam dua hari.

Jalan brutal Bojonegoro-Ngawi sempat membuat frustasi. Namun, tak ada yang melegakan kala bersua dengan kopi khas Madiun kala malam. Lelah terbayar dengan bahasa sederhana warung kopi, dan terlelap di Raja Air Madiun. Sampai ujung perjalanan ditengah kota Jombang yang sejuk, sambil menikmati kopi dikeramaian mainan anak.

Perjalanan adalah sumber inspirasi, akan ada hal baru dalam menikmati esensi sebuah perjalanan. Mengerti perjalanan akan menyadarkan betapa pentingnya sebuah proses. Perjalananku kini bukan petualangan, Namun berefleksi akan sekitar perjalanan yang terdapat warna-warna indah kehidupan.

15 January 2010

Apakah kegelisahan itu?

Kegelisahan tak ubahnya sebuah penantian. Sama halnya dengan tuntutan demi tuntutan yang berujung pada sebuah paksaan.

Tidak semestinya hal tersebut terjadi. Mencoba berdiri tegak akan selalu terombang-ambing, dan terlentang pun akan buat mati dinamika.

Arus tidaklah penting untuk dilawan. Arus adalah rutinitas, mengikuti namun tidak tergerus. Dan tidak semestinya aku membuat arus sendiri, karena itu bukan kehendakku.

Disaat semua sedang terlelap oleh malam. Hening menjadi kian basah oleh rintik kepalsuan. Refleksi yang akan menuntaskan.

Tidak akan pernah aku menanti, aku hanya bertahan dalam ruang dan dimensi yang sengaja ARUS ciptakan.

01 January 2010

DIAM

Ternyata diam itu menarik, seperti kembali ke habitat masa kecil. Menjadi diam bukanlah kesalahan, menjadi diam bukanlah ketiadaan. Aku ingin menjadi pendiam,dan diam.

Namun, aku berpikir kenapa harus diam? ya, aku ditakdirkan menjadi pendiam... tapi kata orang kini aku bukan pendiam lagi. Itu salah besar! aku masih saja pendiam, anak pendiam yang tidak tahu apa-apa.

Menjadi pendiam aku kini akan banyak tidur, seperti kerbau tolol. Tidur dalam diam. tidur untuk menjadi diam.

Teriak!!! jangan, aku dah lelah teriak,
Kritis!!! jangan, Pengkritisan hanya menyengsarakan
Buka-bukaan!!! jangan, emang negara ini aib-nya mau di buka.

Menjadi pendiam dan diam atau didiamkan. Segala bentuk dari konsekuensi adalah diam, dan diam hanya akan menjadi peribadatan bagi kematian.

aku selalu diam dalam teriak, namun senantiasa bersahaja dalam bijak diam.

Masih banyak harapan pada Esa

Menyusuri setiap lembah yang ada pada bingkai lekukan bumi akan menjadikan kehidupan kian terasa. Menjadi jauh dari diri sendiri, lebih bersandiwara dan mengakui adanya panggung yang kian menggugah para pecintanya.

Sejenak perenungan adalah bagian dari refleksi. Perenungan bukan berarti lari atau menyerah, butuh waktu untuk melangkah dijalan yang seharusnya ditempuh.

Setiap kesempatan akan aku hapus. Bertarung dengan jiwa, dan disini waktu muda. Tidak akan aku tempuh primordialisme, namun bersimbaku pada keadaan sekitar. Mencari riuh yang tak bersuara, dan meniti jalan terbalik dengan dimensi putih.

Dalam kesejarahan peradaban: Kemenangan hanya akan memunculkan kekalahan, namun kalah adalah kepastian. Dan kreatifitas adalah harga mati bagi pengembangan otak-otak tak bertuan.