Membasmi berarti membumihanguskan sesuatu. Tiada tempat maupun ruang lagi untuk hidup. Demikian juga dengan pembasmian sesuatu, dalam mempertahankan kehidupan. Layakkah pembasmian tersebut?
Sejarah mengatakan, bahwa "satu organisme yang hidup maupun mati di bumi ini memiliki arti tersendiri". Setiap organisme memiliki karakteristik unik dan mempunyai sifat yang berbeda-beda, sesuai dengan teritorial atau wilayah organisme dalam melakukan aktifitas kehidupannya.
Ketika kita berbijak mau melakukan sebuah riset maupun pengembangan suatu organisme dalam wilayah, tentunya kita akan belajar banyak tentang hakekat organisme tersebut. Hakekat sumber awal kehidupan dan penciptaan-Nya.
Dewasa ini, problematika yang serba sulit yang menerpa masyarakat Indonesia, telah membutakan banyak pihak untuk selalu berlaku instan dalam berpijak. Budaya tanpa pikir panjang, budaya membasmi tanpa sebuah pembelajaran dinamis ditengah masyarakat kita.
Membasmi seolah menjadi pilihan akhir. Tatkala tidak ada jalan penyelamatan lain, tidak ada waktu dalam mempelajari, tidak ada lagi ruang pilihan bagi sebuah keseimbangan.
Lahan pertanian adalah sumber kehidupan. Pertanian adalah hasil bagi keberlansungan hidup masyarakat. Namun, keseimbangan ekositem adalah jawaban bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan anak cucu nantinya.
Pilihan membasmi, atau mempertahankan merupakan pilihan sulit bagi masyarakat, ketika suatu spesies telah menjadi hama di lahan pertanian. Akan tetapi, pilihan tetap ada di masyarakat, tentunya pilihan yang lebih arif dan bijaksana akan menjadi kehidupan lebih indah dan sejahtera.
No comments:
Post a Comment