Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

30 June 2008

ANAK-ANAK SUMBER GONDO

Berangkat dari semakin terpuruknya pendidikan yang ada di Indonesia, terutama di pedesaan. Hanya masyarakat yang kaya dan berduit saja yang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga pada masyarakat desa yang miskin, mereka tidak mampu untuk membiayai pendidikan anaknya. “ lebih baik bekerja nak… dari pada sekolah tinggi-tinggi yang akhirnya nganggur.”

Jadi orientasi orangtua sekarang, sekolah hanya merupakan ajang untuk pencarian kerja, dan bukan untuk mencari ilmu pengetahuan ataupun pengembangan potensi diri. Padahal, banyak anak-anak yang mau dan menikmati waktu luangnya untuk belajar bersama dalam sebuah komunitas belajar bersama.

Kondisi Pendidikan di Desa
Masyarakat desa Sumbergondo yang notabene mayoritas masyarakat petani sayur ataupun buah-buahan, yang berjuang untuk sebuah generasi yang progresif serta visioner tentang sebuah ilmu pengetahuan. Terlebih pada kondisi alam yang kian tak menentu, yang menjadikan orangtua mereka harus menghabiskan waktunya dikebun atau diladang untuk bekerja.

Anak-anak sebagai simbol peradaban baru sebuah bangsa, hanya menikmati belajar mereka di sekolah, dan dibatasi oleh jam sekolah dalam belajar. Keingintahuan anak yang semakin hari tidak mampu terjawabkan oleh orang tua atau guru mereka, menjadikan mereka sosok yang minder (kurang pergaulan), sehingga rasa ingin tahu yang ada di benak mereka hanya menjadi simpul-simpul syaraf yang menggumpal.

Seperti kita ketahui, sistem pendidikan kita yang masih bersifat sangat kaku, birokrastis dan sentralistik. Seorang guru harus menaati berbagai macam aturan, mulai aturan dari kepala sekolah, dinas pendidikan, belum lagi dengan penerbit buku (pemodal). Hal ini, menjadikan kreatifitas dalam dunia pendidikan kita menjadi statis, sehingga murid atau siswa hanya di jadikan sebagai alat kepatuhan dan tidak bisa mengembangkan potensi yang ada dirinya (mirip ajang bisnis, yang keuntungannya pada orang tententu saja).

Dengan permasalahan yang semakin rumit ini, anak akan selalu menjadi bagian yang terpinggirkan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah strategis dalam upaya mengembangan potensi anak. Sehingga kretifitas dan kemampuan potensi mereka, akan menjadi jawaban bagi kemajuan desa, bangsa dan alam semesta.

No comments:

Post a Comment