Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

02 June 2008

SEBUAH REFLEKSI DARI TEPI HUTAN

Tatkala keping-keping kaca di depan gedung DPR penuh sesak oleh keringat pendemo, terbesit dalam otak kiri, seperti manusia yang haus akan dinamika kebebasan. Tuntutan menjadi-jadi, kaum berdasi malah berpelesir ke negeri Jiran. Entah sampai kapan reruntuhan ini akan berlangsung.

Kicauan burung tak lagi mampu bersua lagi, kala tepi hutan yang kering-merontang. Hanya teriakan pendemo saja tiap hari, dengan ocehan para pejabat. Mereka lupa akan sisi lain dari hijau, hijau yang dahulu kala dijadikan simbol perjuangan bagi pernafasan paru-paru dunia.

Tepi hutan hanyalah tepi bagi para pemujanya. Karena tepi hutan, kini telah merajai hutan hijau. Pembalakan liar, pengeboran, tambang, penggunaan lahan baru yang berlebihan sampai dengan kelapa sawit, menjadi hiasan media masa. Para cukong tertawa terbahak bahak, kaum intelektual hanya berteriak, terus kemanakah darah juang mereka untuk rakyat.

Sampai tiba saatnya, Stunami menjadi hantu bagi nusantara. Jika semua elemen bangsa tidak pernah mencoba untuk berbagi ruang alam, sehingga hutan bisa menyelamatkan kita. (fauzi)

No comments:

Post a Comment