MONYET EKOR PANJANG TIDAK LAGI MERUSAK LAHAN PERTANIAN
By: fauzi
Monyet ekor panjang atau macaca fascicularis merupakan jenis satwa yang sangat populer di kalangan masyarakat. Macaca fascicularis termasuk dari sub suku Cercophitecinae atau Cheek Pounch Monkey atau monyet dengan kantung pipi, terdapat 11 jenis dalam suku ini di Indonesia. Seperti halnya manusia, jenis satwa ini termasuk golongan omnivora yang memakan daging dan tumbuhan. Makanannya bervariasi dari buah-buahan, daun, bunga, jamur, serangga, siput, rumput muda, dan lain sebagainya. Bahkan kera ini kerap pula memakan kepiting. Tetapi, 96 % konsumsi makanan mereka adalah buah-buahan.
Tingginya prosentase kebutuhan monyet ekor panjang terhadap makanan jenis buah-buahan, seringkali menimbulkan permasalahan terhadap masyarakat petani. Sehingga banyak monyet ekor panjang yang merusak tanaman dengan cara masuk kedalam lahan petani. Hal ini menyebabkan banyak dari petani yang merasa terganggu, sehingga mereka menangkap dan membunuh monyet ekor panjang.
Banyaknya monyet yang di tangkap dan di bunuh, menyebabkan jumlah mereka pada daerah-daerah tertentu menjadi menurun. Di perkirakan sekitar 5000 monyet di Kalimantan di bunuh setiap tahunnya. Hal ini belum termasuk yang di perdagangkan secara ilegal, meskipun satwa ini tidak dilindungi, namun dalam hal ekspor monyet ekor panjang perlu izin dari pihak Kehutananan yaitu Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), tentunya dengan aturan-aturan kuota yang ada.
Dengan membunuh monyet ekor panjang atau memperdagangkan monyet ekor panjang berarti secara tidak langsung kita akan membunuh ekosistem di sekitar kita. Karena banyak manfaat yang kita dapatkan dari peran monyet ekor panjang di alam seperti, sebagai penyebar benih bagi hutan dan sekaligus bagian penting dari rantai makanan atau jaring-jaring makanan, yang peruntukannya di alam saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
Manusia yang di bekali otak untuk berpikir dari pada monyet ekor panjang yang hanya menggunakan instingnya dalam mempertahankan hidup, harusnya lebih arif memperlakukan satwa dengan layak. Ada beberapa menyelesaikan konflik antara monyet ekor panjang dan manusia, sehingga jalan terkhir tidak selalu di bantai dan dibunuh oleh manusia. Salah satu cara penanganannya adalah dengan mengunakan prinsip berbagi ruang alam. Berbagi ruang alam ini maksudnya adalah memberikan ruang makanan alami yang di ciptakan manusia di sekitar ladang mayarakat, pengunaan metode pengusiran monyet dengan kincir bambu atau sesuatu yang membuat monyet takut seperti pemberian ruang cabe, dan yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap peran dan fungsi monyet ekor panjang di alam. Karena bagaimanapun juga predator/ pemangsa dari monyet lebuh buas seperti macan, harimau, dll.
Dengan membunuh makhluk Tuhan berarti kita juga membunuh diri kita sendiri, karena masih banyak jalan tanpa harus membunuh, asalkan kita mau berpikir karena kita masih punya otak.
Pustaka, semua referensi
No comments:
Post a Comment