Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

05 July 2008

KREATIVITAS KOMUNITAS SUMBER GONDO – BATU


Mbak ini caranya buatnya gimana,” ucap Rifda dengan semangat. “Gini dek caranya, kamu potong dulu kecil-kecil abis itu di lem, gimana bisa?”, dengan pelan-pelan Lia mendampingi anak-anak membuat figura sendiri dari bahan yang ada di sekitar mereka.

Semangat kebersamaan yang terbangun dalam komunitas seperti ini merupakan prioritas utama dari pembelajaran yang kami lakukan, saling tenggang rasa, saling menghormati dan menyanyangi antar sesama ciptaan Tuhan. Dalam media belajar, seorang siswa di bebaskan dalam menentukan pelajaran mereka. Semua mata pelajaran di sampaikan di komunitas ini, tentunya dengan cara yang berbeda dan tidak kaku atau formal layaknya sekolah.

Sistem pembelajaran dengan nilai-nilai kebebasan, merupakan bentuk responsif dari sebuah kecerdasan seorang anak. Namun kebebasan yang tercipta dalam komunitas yang berada di Batu- Malang, juga di imbangi dengan rasa tanggung jawab dari setiap individu, termasuk pemdamping belajarnya anak-anak. Jadi anak yang belajar di komunitas ini akan merasakan bentuk kemandirian yang mereka ciptakan sendiri, bukan penciptaan orang tertentu ataupun lembaga, layaknya sistem pembelajaran yang ada di masyarakat kita.

Pendampingan belajar yang dilakukan oleh komunitas ini, biasanya bekerjasama dengan beberapa kelompok mahasiswa yang peduli pada lingkungan sosial dan anak-anak. Seperti yang di lakukan mahasiswa Jurusan Arsitek Fakultas Saintek UIN Malang, mereka sering mendampingi Komunitas Sumber Gondo dalam melakukan pendampingan belajar.

Om… temen Om yang namanya Om Dolpin kemana? aku kangen ama Om Dolpin!”, ujar Dina salah satu siswa yang pernah di ajari mas Alpin menggambar (anak-anak biasa menyebutnya Om dolpin). Om Dolpin, dolphin yang dalam bahasa inggrisnya berarti lumba-lumba. Dengan begitu anak-anak akan belajar tentang bahasa inggrisnya lumba-lumba, mereka membuka kamus dan mencarinya sendiri tentang dolphin. Dari hal tersebut mereka juga belajar tentang tempat hidupnya lumba-lumba yaitu laut, menggambar lumba-lumba, bercerita tentang lumba-lumba dan seterusnya. Cara belajar seperti ini yang akan membuat materi mudah di pahami dan di mengerti anak-anak.

Masih banyak metode- metode yang lain yang diterapkan pada Komunitas yang berada di Sumber Gondo ini, mau tahu? next. (fauzi)

Saya ucapkan terima kasih kepada:Masyarakat Sumber Gondo, Lia (Mahasiswa informatika UIN malang), Alphin (Mahasiswa Arsitek UIN Malang), PKL Arsitek(Osie,dkk), Zainal Fuadi S.Si

03 July 2008

HANCURNYA HUTAN DI JAWA

Saat ini negara Indonesia memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan di Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun telah menyebabkan terjadinya penyusutan dan kerusakan hutan tropis secara besar-besaran.

Kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, dan kerusakan ini bertambah angkanya pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerusakan hutan yang tertinggi di dunia.

Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan yang ada di Indonesia telah di rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan.

Di Jawa, pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18 hutan alam yang ada, diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Namun pada akhir tahun 1980-an, luas penutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau sekitar 7 persen dari luas total pulau Jawa.

Kerusakan hutan yang terjadi di Jawa paling parah adalah ketika tahun 1997-1998, pembabatan hutan terjadi dimana-mana. Pembabatan hutan yang terjadi banyak di lakukan oleh oknum masyarakat maupun pemerintah. Pohon yang berumur ratusan tahun telah habis dalam waktu beberapa menit saja.

Kini bencana mulai di rasakan oleh masyarakat yang ada di Jawa, mulai dari banjir bandang, angin topan, punahnya beberapa spesies, defisit air, kekurangan makanan dan entah bencana apa lagi yang akan datang. Kerusakan ini secara tidak langsung telah berdampak pada perubahan tatatan sosial, ekologi, ekonomi maupun politik.

Solusi telah banyak dilakukan oleh beberapa pihak seperti pemerintah, lsm-lsm, kaum intelektual, maupun dari masyarakat. Pemecahan masalah hutan ini biasanya di lakukan dengan berbagai macam metode, misalnya seminar, workshop, tanam seribu pohon, tanam satu pohon tiap orang, ataupun solusi-solusi yang lain.

Metode apapun yang dilakukan oleh beberapa pihak akan terasa sulit di terima, jika kita masih belum bisa menghargai oksigen yang keluar dari sudut hijau pohon sekitar kita. Apakah kita masih suka menunggu bencana dulu, baru mau berbuat. Dan masihkah mau menebang pohon yang telah berjasa banyak pada tubuh kita.(fauzi)

01 July 2008

MONYET EKOR PANJANG BUKAN HAMA, Part 2

Permasalahan yang berlarut-larut dalam penanganan monyet ekor panjang akan menambah rentetan daftar kepunahan spesies yang ada di Indonesia, di tambah lagi dengan banyaknya oknum dalam penanganan monyet ekor panjang.

Dalam upaya penangkapan atau pemberantasan monyet ekor panjang, lagi-lagi oknum menggunakan dalih hama, sebagai alasan utama. “monyet ekor panjang bukan hama, monyet ekor panjang merusak karena habitatnya di rusak” ujar Nur Wakidah, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Menurut Agustinus Suyanto,“saat ini Belum diketahui jumlah keseluruhan monyet ekor panjang di Indonesia, jumlahnya hanya diketahui pada beberapa lokasi saja”. Dengan tidak di ketahuinya jumlah populasi secara keseluruhan, maka akan semakin bebas oknum-oknum tertentu dalam mengeksploitasi monyet ekor panjang di alam.

Saat ini monyet ekor panjang yang mempunyai status sebagai hama, harus rela untuk di tangkap, di perdagangkan, ataupun di jadikan bahan percobaan medis. Sedangkan, “studi tentang monyet yang dikatakan hama, hanya dilakukan ketika suatu wilayah terjadi konflik dengan monyet” kata Suyanto yang kini menjadi Manajer Koleksi Mamalia Bidang Zoologi Pusat Penelitian (Puslit) Biologi LIPI di Cibinong, Bogor.

Status monyet ekor panjang yang bersifat hama, akan membuat perusahaan-perusahaan penangkaran berlomba dalam menangkap spesies ini, untuk di kirimkan keluar negeri sebagai bahan makanan ataupun kepentingan medis.

Dirjen PHKA Dephut menyatakan, “Konservasi keanekaragaman hayati bertolak pada pengelolaan konservasi di tiga level keanekaragaman hayati yaitu: Level ekosistem, level jenis dan level genetik secara terintegrasi dan komprehensif.”

Pada tingkat level jenis, konservasi dalam jangka panjang bertujuan untuk mencegah terjadinya kepunahan jenis. kerusakan habitat dan pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali, adalah musuh yang nyata bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati.

Diperlukan upaya serius dalam penanganan monyet ekor panjang, seperti keseriusan pemerintah dalam membatasi kuota penangkapan monyet ekor panjang, melakukan pengecekan dokumen perusahaan-perusahaan penangkaran, melakukan penghitungan jumlah populasi monyet ekor panjang di Indonesia, dan mengatakan kepada publik bahwa Monyet ekor panjang bukan hama. (fauzi)

WILUJENG SUMPING “KALAM”


Udara sejuk yang ada di kota Bogor dengan panorama alam yang luar biasa, merupakan sisi lain dari perjalanan ini. “Dari kota bogor naik angkot 08 merah turun di Bete radio atau Baso boboho”, ujar Uwe ketua KALAM (Komunitas Pedoeli Kampoeng halaman).

Sejenak ketika datang kamu akan di sambut kehangatan tempat lesehan dari bambu yang ada di pinggir jalan. Di dalam tempat lesehan itu ada stasiun radio, dan juga perpustakaan sederhana yang sangat familier dengan masyarakat sekitar.

Dari situ kita nyebrang jalan lalu akan menemukan tempat seperti ini. Rumah tempat komunitas KALAM bernaung;


Komunitas anak muda yang berada di bogor ini memang beda banget, ada semangat yang menggebu-gebu dari mereka untuk mengembangakan potensi yang ada di daerahnya. Kreativitas dan inovasi-inovasi yang di kembangkan patut di jadikan contoh bagi kaum muda yang ada di nusantara.

Banyak aktifitas yang di lakukan oleh kalam seperti melakukan edukasi pada anak-anak, sosialisasi tentang kegiatan mereka, siaran radio melalui Bete radio. “Mereka juga menciptakan lagu sendiri”, ujar Betran salah satu dedengkot yang ada di KALAM. Ini merupakan salah satu contoh, bahwa anak muda ternyata juga mampu melakukan sebuah perubahan yang lebih baik di masyarakat. (fauzi)