04 Juni 2010, Sejak melintas pada lintasan diagram terbalik, mata seolah terbelahak oleh dinamika kepalsuan kehidupan. Ini bukan sebuah pencarian identitas ataupun penuntasa harga diri, namun lebih kepada keseharian jalanan dari jalan ketidakpastian.
Dunia pendidikan, aku kembali kedunia pendidikan, belajar formal mengasah pemikiran dinamis dan bukan empiris statis. Menjadi panutan bukanlah mimpi, namun bermanfaat adalah harga pasti. Satu tahun bersama abu-abu putih lalui masa baru satu tahun lalu, dan intensitas yang terbangun tidak akan menjadi peradaban jika hanya satu tahun.
Kini pemikiran tersebut terpecah, tatkala semua belum tuntas aku berjalan kepersimpangan lagi. Menjalani studi lanjut yang menjadi cita masa lalu kini terpenuhi, meski belum tuntas, namun aku pastikan satu tahun setengah cukup untuk menyelesaikan formalitas dari cita.
Berjalan tanpa arah dengan lingkungan yang terarah
Kembali pada jiwa-jiwa kedamaian bukan gejolak emosional
Meretas waktu sampai hayat
Menyusuri setiap detik dengan ruang tanpa batas
Ku berhenti tatkala jenuh
Ku belajar mengontrol tatkala sakit menggila
Ku teriak ketika diam
Ku lantunkan nada nusantara tatkala terpecah
dan Ku sampaikan kabar hingga otak kalian tersenyum
04 June 2010
Dipersimpangan Waktu Bulan Juni
18 February 2010
Kuasa Langit Dalam Paradigma Kritis Lingkungan
Abu-abu, biru, putih, jingga dan pasti ada waktunya dalam gelap. Perubahan yang dinamis senantiasa mengisyaratkan akan selalu ada perubahan. Terkadang perubahan itu bernilai baik bagi manusia, terkadang juga sebaliknya.
Ketidakpastian akan warna pada sisi mata terang merupakan jawaban akan keberagaman isi bumi. Bukan lagi persamaan dalam memandang segala bentuk permasalahan yang melekat pada dunia lingkungan. Degradasi mutlak bagi kerakusan umat manusia.
Kuasa langit kian tak terbendung. Peradaban yang dibangun seolah mentasbihkan manusia pada jurang kebinasahan.
Berada pada keelokan alam semesta dalan ciptaannya seyogyanya menjadikan suasana dinamis tersebut menjadi kekayaan yang sempurna. Menentang segala bentuk penindasan dan memperjuangkan keadilan diatas ilmu pengetahuan dan moraliti dalam kebijaksanaan.
Sejarah takkan berulang, peradaban manusia selalu mengalami perubahan, dan kepastian waktu akan selalu melaju dengan putaran bumi pada porosnya.
Ketidakpastian akan warna pada sisi mata terang merupakan jawaban akan keberagaman isi bumi. Bukan lagi persamaan dalam memandang segala bentuk permasalahan yang melekat pada dunia lingkungan. Degradasi mutlak bagi kerakusan umat manusia.
Kuasa langit kian tak terbendung. Peradaban yang dibangun seolah mentasbihkan manusia pada jurang kebinasahan.
Berada pada keelokan alam semesta dalan ciptaannya seyogyanya menjadikan suasana dinamis tersebut menjadi kekayaan yang sempurna. Menentang segala bentuk penindasan dan memperjuangkan keadilan diatas ilmu pengetahuan dan moraliti dalam kebijaksanaan.
Sejarah takkan berulang, peradaban manusia selalu mengalami perubahan, dan kepastian waktu akan selalu melaju dengan putaran bumi pada porosnya.
31 January 2010
Komunitas Rajekwesi sebagai Belantara Dimensi Persahabatan
Sabtu, 23 Januari 2010, seusai memberikan stimulus mengenai LKTI dari salah satu peminat ilmu pengetahuan. Dimulai keberangkatan dari Malang, dengan belaian tas yang menemani perjalanan sederhana. Jenuh adalah ucap yang sangat menarik dalam memotivasi rona penglihatan pelangi jalanan, mencoba kembali di habitat awal, belajar dengan bahasa tatap empiris.
Hujan mengguyur saat tiba di kota Anglingdarma. Gerimis tak menghalagi jalan dengan tetesan lembut yang terus saja membasahi lelah tubuh ini. Malam yang selaras dengan kedamaian akan eksistensi perjalanan.
.........
Tiga hari sudah di kota Bojonegoro. Malam adalah warung kopi pinggir jalan, berbahasa, tertawa, berkeluh dan bercita. Berempat dalam lingkar sahabat, mencoba meluangkan diri pada setetes harapan. Berharap pada keadilan dan kesejahteraan sosial, sehingga terlontar komunitas Rajekwesi. Membaca, bersahabat, kepemimpinan dan motivator adalah ide awal dalam pembiusan cita bersama.
.........
Ke-esokan adalah perjalanan, berpetualang dengan motor. Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, dan Madiun terlewati dalam dua hari.
Jalan brutal Bojonegoro-Ngawi sempat membuat frustasi. Namun, tak ada yang melegakan kala bersua dengan kopi khas Madiun kala malam. Lelah terbayar dengan bahasa sederhana warung kopi, dan terlelap di Raja Air Madiun. Sampai ujung perjalanan ditengah kota Jombang yang sejuk, sambil menikmati kopi dikeramaian mainan anak.
Perjalanan adalah sumber inspirasi, akan ada hal baru dalam menikmati esensi sebuah perjalanan. Mengerti perjalanan akan menyadarkan betapa pentingnya sebuah proses. Perjalananku kini bukan petualangan, Namun berefleksi akan sekitar perjalanan yang terdapat warna-warna indah kehidupan.
Hujan mengguyur saat tiba di kota Anglingdarma. Gerimis tak menghalagi jalan dengan tetesan lembut yang terus saja membasahi lelah tubuh ini. Malam yang selaras dengan kedamaian akan eksistensi perjalanan.
.........
Tiga hari sudah di kota Bojonegoro. Malam adalah warung kopi pinggir jalan, berbahasa, tertawa, berkeluh dan bercita. Berempat dalam lingkar sahabat, mencoba meluangkan diri pada setetes harapan. Berharap pada keadilan dan kesejahteraan sosial, sehingga terlontar komunitas Rajekwesi. Membaca, bersahabat, kepemimpinan dan motivator adalah ide awal dalam pembiusan cita bersama.
.........
Ke-esokan adalah perjalanan, berpetualang dengan motor. Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, dan Madiun terlewati dalam dua hari.
Jalan brutal Bojonegoro-Ngawi sempat membuat frustasi. Namun, tak ada yang melegakan kala bersua dengan kopi khas Madiun kala malam. Lelah terbayar dengan bahasa sederhana warung kopi, dan terlelap di Raja Air Madiun. Sampai ujung perjalanan ditengah kota Jombang yang sejuk, sambil menikmati kopi dikeramaian mainan anak.
Perjalanan adalah sumber inspirasi, akan ada hal baru dalam menikmati esensi sebuah perjalanan. Mengerti perjalanan akan menyadarkan betapa pentingnya sebuah proses. Perjalananku kini bukan petualangan, Namun berefleksi akan sekitar perjalanan yang terdapat warna-warna indah kehidupan.
15 January 2010
Apakah kegelisahan itu?
Kegelisahan tak ubahnya sebuah penantian. Sama halnya dengan tuntutan demi tuntutan yang berujung pada sebuah paksaan.
Tidak semestinya hal tersebut terjadi. Mencoba berdiri tegak akan selalu terombang-ambing, dan terlentang pun akan buat mati dinamika.
Arus tidaklah penting untuk dilawan. Arus adalah rutinitas, mengikuti namun tidak tergerus. Dan tidak semestinya aku membuat arus sendiri, karena itu bukan kehendakku.
Disaat semua sedang terlelap oleh malam. Hening menjadi kian basah oleh rintik kepalsuan. Refleksi yang akan menuntaskan.
Tidak akan pernah aku menanti, aku hanya bertahan dalam ruang dan dimensi yang sengaja ARUS ciptakan.
Tidak semestinya hal tersebut terjadi. Mencoba berdiri tegak akan selalu terombang-ambing, dan terlentang pun akan buat mati dinamika.
Arus tidaklah penting untuk dilawan. Arus adalah rutinitas, mengikuti namun tidak tergerus. Dan tidak semestinya aku membuat arus sendiri, karena itu bukan kehendakku.
Disaat semua sedang terlelap oleh malam. Hening menjadi kian basah oleh rintik kepalsuan. Refleksi yang akan menuntaskan.
Tidak akan pernah aku menanti, aku hanya bertahan dalam ruang dan dimensi yang sengaja ARUS ciptakan.
Subscribe to:
Posts (Atom)