Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

18 April 2009

Alang-Alang Menanti Jawaban

Rimbun alang-alang di padang senja. Terpanah oleh rangkaian yang tidak pernah tersentuh. Di tinggalkan bidadari yang pergi ke ruang jauh dari pelupuk matanya.

Ketika aku menghampiri alang-alang, Ketika aku harus berada di antara kegalauannya. Seutas harapan baru bagiku kala itu.

Alang-alang tersebut bernama Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca. Di mata mereka nampak sayu, setelah bidadari yang sangat di cintai meninggalkan daerah mereka. Serasa berada jauh, aku mencoba untuk meyakinkan mereka, bahwa bidadari itu masih ada, dan selalu dekat dengan kalian.

Amel, Cofuci, Dentum, dan Fraca menjadi nama awal bagi perjalananku. Aku akui aku tak mampu menjadi bidadari, aku akui aku tak secantik paras bidadari kalian. Tapi aku tahu tujuan alang-alang.

Kubuat mereka bermain, tertawa, tersenyum, dan berpikir. Muda bukan berarti lemah, muda bukan berarti kalah, akan tetapi muda adalah pilihan.

Di depan sekolah. Saat mereka bersua dalam malam, saat itu juga aku yakin bahwa bidadari itu mendampingi mereka. Bidadari itu akan selau menanti jawaban bagi cita mereka, dan aku hanyalah jembatan bagi pijakan diantara keduanya.

07 April 2009

Selasa, 7 April 2009

Hari selasa, aku terbangun dari serpihan langit kelam. Mulai beranjak dari ruang-ruang mimpi. Menghadapi yang ada, dan bukan melanjutkan mimpi-mimpi.

Besok adalah besok, tiada hari tanpa arti lagi. Tidak ada lagi kegunung, tidak lagi bercengkrama dengan hutan, laut pun terasa jauh. Terkadang lalu-lalang dunia pendidikan memang menjemukan.

Tiada semangat lagi ketika semua harus berlalu. Terasa formal, kian lama kian jauh.

Yang membuat bertahan, hanyalah karya mereka. Semangat mereka dalam menentang kebodohan, menentang keadaan hidup yang sia-sia. Namun sampai kini, sangat sulit melihat mereka dalam mengejar citanya.

Apa aku mesti keluar, kembali ke dunia lama. Mungkin bisa saja terjadi, tatkala dunia pendidikan hanyalah wadah bagi rutinitas dan rutinitas.

Belajar mengetahui, belajar untuk lebih toleran, belajar dari mereka yang belajar, dan bukan belajar dari mengajar.

17 March 2009

Roh IBiS

Roh IBis terus saja menapaki wajah penuh tanya, tatkala bertarung hanya lelah yang didapat, dan ketika diam hanya menjadi sebuah harapan tanpa langkah.

Dunia pendidikan memang aneh, tapi keanehan itu yang buat aku merasa tertantang akan hal baru, wajah penuh tanya, kreatifitas yang responsibility, serta harapan yang nan jauh pada jiwa muda dengan masa depan panjang.

Nongkrong santai si warung kopi bersama mahasiswa, seakan meluluhlantahkan setiap kepenatan yang selama ini berada pada wilayah pendidikan. Kopi sebagai filosofi peradaban bagi para petarung kehidupan, tanpa kenal kantuk, tanpa rasa lelah, terus saja cafein mengalir disetiap sendi para pemikir muda.

Lingkungan kan tiba berwarna kelam, hijau telah habis... maaf kawan aktifis lingkungan, selamat berjuang.

06 March 2009

Sudah Terlambat

Mencoba lari dari semua. Tatkala pertarungan sedang di tabu. Meretas asa pribadi. Keluar dari lingkaran.

Wajah menjadi belatung. Raut kesedihan orang tak berdosa, meminta harapan kehidupan kepada Tuhan-nya. Semua sudah terlambat.

Kuasa menjadi sampah. Harta tidak berguna. Langit pun mendung. semua sudah terlambat.

Perang dan perang. Hanya memperebutkan udara dan air. Melegakan dahaga setiap batang tenggorokan, pada oase berkepanjangan. Semua sudah terlambat.

Virus menyebar, bakteri tertawa, penyakit menjadi sahabat. Semua sudah terlambat.