Lunglai dalam ketidakpastian. Terhempas jerami terjang tengkulak biadab. Riuh ramai tak terasa, dan hanya sunyi pagi ini.
Suara-suara
do'a sebrang jalanan. Mengukir indah dalam sujud. Ku tahbiskan jiwa ini
padamu Penguasa Alam. Kota yang tak bersahabat dan aku terhenyak sepi.
Suram
sudut alam semesta. Semua bergegas meminta surga. Semua beranjak
menjauh neraka. Namun, kenapa cara-cara hitam di bumi masih kau pakai.
Lantunan suci hanya kau hafal di mulut saja. Pergerakan statis tanpa
aroma kejujuran. Itukah sudut kota yang kau banggakan.
08 August 2011
06 August 2011
Serdadu Berbuka Puasa
Nuklir kesabaran rengkuh cahaya
Laras panjang pekikkan nada kebenaran
Panah api angkara murka
Hening damai suci
Tahan nafsumu
Teriakkan Allahuakbar
Serdadu nuansa Ramadhan
Berparas putih suci
Melangkah ke Penguasa Alam Semesta
Laras panjang pekikkan nada kebenaran
Panah api angkara murka
Hening damai suci
Tahan nafsumu
Teriakkan Allahuakbar
Serdadu nuansa Ramadhan
Berparas putih suci
Melangkah ke Penguasa Alam Semesta
01 August 2011
Telisik Tukang Tinta
Peradaban yang dibangun atas dasar kerakusan sumber daya alam mulai menjadi Dewa-Dewa. Kulit luar terasa penuh aroma takjub, namun dalam kering kerontang. Para sufi termenung dalam ketiadaan serdadu timur tengah yang diberondong kaum barat.
Idealis yang berujung pada fanatisme menjadi jalan para pemuka kebenaran. Tidak ada pikir tajam lagi akan arti kedamaian. Mereka saling serang untuk mendapatkan kepuasan akan kebenaran.
Telisik kebenaran dalam dialektika terasa mentah dan hambar. Kedamaian hanya pada tinta-tinta yang tergores dalam lembar putih kusam.
Dunia dipenuhi jiwa-jiwa kosong. Pemberontak tak jelas hinggap pada jiwa tersebut. Ruang pemikiran hanya semu individualistik. Kapitalis berkuasa dalam sendi setiap insan.
Optimisme. Kerja keras. Toleransi. Tukang tinta akan sangat bahagia dengan semua kearifan manusia yang bergelora dalam jiwa-jiwa yang tenang.
Idealis yang berujung pada fanatisme menjadi jalan para pemuka kebenaran. Tidak ada pikir tajam lagi akan arti kedamaian. Mereka saling serang untuk mendapatkan kepuasan akan kebenaran.
Telisik kebenaran dalam dialektika terasa mentah dan hambar. Kedamaian hanya pada tinta-tinta yang tergores dalam lembar putih kusam.
Dunia dipenuhi jiwa-jiwa kosong. Pemberontak tak jelas hinggap pada jiwa tersebut. Ruang pemikiran hanya semu individualistik. Kapitalis berkuasa dalam sendi setiap insan.
Optimisme. Kerja keras. Toleransi. Tukang tinta akan sangat bahagia dengan semua kearifan manusia yang bergelora dalam jiwa-jiwa yang tenang.
27 July 2011
Satu Waktu Dalam Hidup
Waktu melaju tanpa batas begitu cepat dan tak berulang. Hari yang tak sempurna pasti datang bergelayut dengan keraguan. Tentang esok manusia tidak akan pernah mengetahui.
Sekarang lakukan pergerakan dinamis. Tebus dengan kebenaran. Libas angkara murka dengan kesabaran. Kemudian, temukan kedamaian hakiki. Itu hanya mimpi.
Degradasi lingkungan menawarkan berjuta kehancuran dan sesak dengan jerit tangis. Waktu kita sedikit, namun terasa panjang. Siapkan pedang dan tikam para pemangku eksploitator alam jahannam. Berikan do'a-do'a kebajikan agar manusia bisa hidup lebih lama, lalu tuangkan segelas cinta untuk kedamaian yang telah ada sejak dahulu kala.
Berpacu dalam waktu, dan manfaakan selagi anugerah itu masih melekat pada kehidupan kita.
Sekarang lakukan pergerakan dinamis. Tebus dengan kebenaran. Libas angkara murka dengan kesabaran. Kemudian, temukan kedamaian hakiki. Itu hanya mimpi.
Degradasi lingkungan menawarkan berjuta kehancuran dan sesak dengan jerit tangis. Waktu kita sedikit, namun terasa panjang. Siapkan pedang dan tikam para pemangku eksploitator alam jahannam. Berikan do'a-do'a kebajikan agar manusia bisa hidup lebih lama, lalu tuangkan segelas cinta untuk kedamaian yang telah ada sejak dahulu kala.
Berpacu dalam waktu, dan manfaakan selagi anugerah itu masih melekat pada kehidupan kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)