Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

09 September 2010

Bangkai Polutan Kemaren

Ramadhan 2010. Bulan yang telah berakhir. Bulan yang penuh berkah. Percepatan yang begitu cepat dan melelahkan.

Jatuh terseret gelombang manusiawi. Terekam jelas berdiri keterpaksaan. Mencoba berlari, tapi itu bukan aku.

Putaran laras hati. Menggeliat menjauh kalah. Mengalah dan berada pada serpihan yang tak berakal. Namun ada cahaya dijuang pendidikan.

Nilai tak terbatas menyadarkan senyum. Menggapai dengan sentuhan dingin. Pencipta tahu akan arti keringat. Seraya bernafas ditengah kota.

05 September 2010

Retorika Kubang Kematian

Bicara perang, Ngomong harga diri, di warung kopi, di jalanan, media beramai-ramai memberitakan...

Seperti inikah para penjajah omongan bicara
Beretorika dalam kubang kematian

Tidak henti-hentinya permasalahan menghujam bangsa ini...
Ketamakan, kerakusan, dan ke-tidak-adilan menggelayut tidak mau pergi

Bermacam profesi penuh dengan pikir licik
Mencari ruang tengah untuk ketenangan

Damai, hijau, keindahan, keharmonisan... Rinduku pada kalimat tersebut

31 August 2010

HUTAN BUKAN MILIK KORUPTOR

Yang namanya Koruptor hanya pantas dihukum pancung. Apalagi Koruptor yang maen dengan pengusaha perusak hutan, dan yang lebih parah koruptor yang berdikari dengan para peneliti penghancur hutan.

Bedebah...

Kita hanya di warisi bencana. Kita dibuat bertengkar dengan sesama aktifis lingkungan. Peneliti dikerdilkan hanya dengan uang dan rasa takut.

Bedebah Koruptor...

Kaum intelektual sibuk ngurusin perut buncitnya. Tanpa pernah memikirkan sejengkal dari keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan manusia. Hutan dibabat sebagai warisan, dan pewaris hanya nriman atau ribut tanpa esensi yang jelas.

11 August 2010

Segelas Api

Memadamkan amarah untuk keseimbangan. Memadamkan impian demi sebuah kesahajaan. Memadamkan perlawanan yang tak kunjung berujung.

Sejatinya perjalanan bukanlah hal menggapai impian. Perjalanan adalah titah hidup untuk amanah. Meniti kelangkaan yang tak semestinya ada, mungkin itu hanya sebuah cita dan bukan entitas sebenarnya.

Disaat dualisme datang maka hanya tulang rusuk yang mampu singgah dalam hentakan laras panjang. Menusuk sampai kedalam roh yang ternoda oleh duniawi. Wajar-wajar saja semua yang ada, dan menjadi tidak wajar hanya dalam hitungan detk dan kelamnya kebohongan. Dengan segelas Api cukuplah untuk meredakan gelombang stunami amarah bumi.