Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

07 June 2009

Global Warming

Begitu mudahnya orang mengatakan Global Warming. Tanpa alasan yang jelas. Ketika mengetahui permasalahan lingkungan, masyarakat, peneliti, kaum intelektual maupun aktivis, seringkali membuat wacana pemikiran yang berujung pada Global Warming.

Apa sih Global Warming?. Begitu pentingkah?. Apakah separah itu, sampai makna Global Warming menjadi sabda bagi kaum pecinta lingkungan.

Sejauh ini, masyarakat desa pun sampai mengatakan sabda Global Warming. Kadang dengan pedenya, mesti itu hanya terucap tanpa tahu artinya. Seolah bahasa Global Warming menjadi keren mendadak pada masyarakat desa. Tak luput juga acara TV, yang terus saja terkena demam Global Warming.

Mengingat diskusi kecil dengan salah satu kawan lama. Kawan yang telah melakukan perjalanan ke pantai selatan kabupaten Malang.

Aku bertanya kepada beliau, "bagaimana hasil kemaren dari pantai?".
Beliau menjawab, "Global Warming, ombak sulit di prediksi".

Sebegitu mudahkah kita mengatakan Global Warming, tanpa tahu deforestry, tanpa mengerti siklus alam, tanpa sadar mitigasi peradaban, dan tanpa tahu sisi entitas alam. Bagi saya, Global Warming hanyalah isu, dan isu tidaklah penting untuk dikatakan. Isu hanyalah pelangi dan bukan matahari.

Satwa Mati

Tidak semua manusia mau peduli dengan keberadaan lingkungan, apalagi satwa. Bahkan aktivis yang bergerak di bidang tersebut, juga enggan jika ditanya tentang kepeduliannya.

Sejauh mana sih arti kepedulian?. Banyak suara sumbang dalam memperjuangkannya, banyak kepalsuan dalam aktifitasnya, dan banyak ketidakmampuan akan sisi kelemahan bahkan kekuatannya.

Analisis tanpa didasari dengan skema yang jelas. Analisis yang berimbas pada rasa saja, tanpa penghitungan mitigasi. Penelitian seolah menjadi barang sampah, tak berguna jika anda bergelut dibidangnya. "Yang terpenting menyelamatkannya?, ujar salah satu kawan aktivis lingkungan.

Secara rasionalitas, tidak ada yang salah dengan makna penyelamatan. Secara kasat mata, penyelamatan merupakan bagian fitrah bagi manusia. Namun, fakta di lapangan, semua terasa menjadi roda penghancuran yang begitu cepat.

Semua disalahkan, semua dikatakan tidak becus, semua dimusuhi. kawan jadi lawan, lawan menjadi sahabat kompromi. Satwa mati... satu nyawa hilang... begitupun manusia akan punah juga.

18 May 2009

Binatang, hewan atau satwa Vs Manusia

Photobucket
Binatang, hewan atau satwa merupakan jenis kata yang sama, menggambarkan arti yang sama, namun memiliki makna yang berbeda. Secara garis besar ketiga kata tersebut berarti, organisme multiseluler, eukariotik yang berasal dari kerajaan/ Kingdom Animalia.

Manusia adalah bagian dari Kingdom tersebut. Manusia berasal dari kerajaan yang sama dalam struktur klasifikasi, yaitu Animalia. Namun jelas manusia tidak akan mau di katakan sebagai binatang, hewan atau satwa. Mengapa demikian?

Pertama, Manusia merasa mempunyai pikir yang bersarang di otak. Pola pikir yang menempatkan titik ruang manusia berada lebih tinggi daripada binatang, hewan maupun satwa.

Kedua, Manusia merasa memiliki mulut yang bisa berbicara, sedangkan binatang tidak meiliki suara komunikasi dengan manusia secara verbal. Suara yang dikeluarkan melalui mulut manusia tersebut, menempatkan manusia pada posisi yang berbeda. Keduanya memaang sama dalam mengeluarkan suara, namun suara yang di keluarkan antara binatang dan manusia jelas berbeda menurut manusia.

Ketiga, Manusia merasa sebagai pencipta. Pencipta dalam artian, bahwa manusia bisa membuat sebuah peradaban yang jauh lebih hebat dari peradaban yang dibuat oleh binatang. Manusia menciptakan peradaban dengan bangunan-bangunan yang menggeser nilai alamiah sang pencipta. Sebagai contohnya, hadirnya gedung-gedung yang menjulang, dengan mengikis hutan sebagai rumah bagi binatang.

Binatang, hewan maupun satwa merupakan gambaran yang jelas mengenai sifat dan watak dari manusia. Manusia seringkali bertingkah seperti binatang, sedangkan binatang dipaksa untuk bertingkah seperti manusia.

Binatang
Binatang berbeda dengan hewan atau satwa dalam kacamata manusia. Pribahasa kata-kata yang nampak selalu menghadirkan makna binatang lebih rendah jika dibandingkan dengan hewan atau satwa. Binatang jalang, contohnya.

Hewan
Hewan nilainya terkesan ilmiah. Kata-kata hewan banyak digunakan dalam bahasa pengetahuan, namun juga nilainya tidak lebih tinggi daripada satwa.

Satwa
Bahasa satwa biasanya digunakan oleh aktifis satwa. Aktifis pecinta lingkungan. Aktifis yang banyak menyuarakan tentang penyelamatan satwa. Mereka memandang bahasa satwa lebih halus daripada menggunakan bahasa hewan atau binatang.