Menengok kembali rana diskusi dalam penelitian berkelanjutan. Kala mahasiswa dikampus belajar di luar koridornya. Melangkah keluar dan mulai menunjukkan tajinya sebagai pengembara pendidikan.
Di kampus yang dahulunya penuh dengan pepohonan, kini hanya berisi gedung-gedung karya arsitektur. Tanpa ada lagi ruang diskusi, kesombongan akan keagungan. Tidak disertai lagi warna-warni penelitian bagi mahasiswa. Semua terbaring dalam gedung berharga milyaran.
Beda jika dibandingkan dengan kaum miskin pada masa lampau. Miskin, namun kaya akan hijau. Kaya akan esensi, dengan pergerakan mengentaskan kebodohan.
Hutan keberagaman kini tinggal kenangan. Semua sudah bersatu dalam ruang putih, tanpa pernah tersentuh arti ketidaktahuan. Penelitian sejatinya bagian dari tujuan sebuah perguruan tinggi, pengabdian adalah roh bagi perjuangan dan masyarakat selalu merindukan karya sang anak perguruan tinggi.
14 May 2009
Obrolan tanpa cafein
Begitu dalam isapan nikotinnya. Duduk dilembaran alas biru lusuh. Lampu terang benderang. Di sudut kota, belahan dari katulistiwa. Mereka berbicara pada entitas tak berarti.
Sedikit ku geser warna nadanya. Pelan dalam nuansa pagi. Lepas tanpa batas setelah semua tawa sirna. Diam tanpa suara, suara yang membuat telinga ini semakin sesak oleh mereka.
Berharap keindahan. Berharap akan harapan.
Menari mereka dalam diam. Riang tanpa caffein. Hanya penyesalan dalam rias wajahnya. Nampak jelas tatkala matanya bersembunyi dalam goa kegelapan.
Kujalankan penyesalanku juga. Dalam sunyi nampak surga yang tak terbias. Dalam kelam terdapat aroma yang menyesakkan kehidupan.
Tak berarti lagi caffein. Tidak beguna lagi nikotin. Imajinasi otak terus berlari pada kebebasan, tanpanya lagi.
Sedikit ku geser warna nadanya. Pelan dalam nuansa pagi. Lepas tanpa batas setelah semua tawa sirna. Diam tanpa suara, suara yang membuat telinga ini semakin sesak oleh mereka.
Berharap keindahan. Berharap akan harapan.
Menari mereka dalam diam. Riang tanpa caffein. Hanya penyesalan dalam rias wajahnya. Nampak jelas tatkala matanya bersembunyi dalam goa kegelapan.
Kujalankan penyesalanku juga. Dalam sunyi nampak surga yang tak terbias. Dalam kelam terdapat aroma yang menyesakkan kehidupan.
Tak berarti lagi caffein. Tidak beguna lagi nikotin. Imajinasi otak terus berlari pada kebebasan, tanpanya lagi.
13 May 2009
Freedom fighter
Masa lalu, dalam kenangan di ruang bersama. Masa yang penuh dengan pertanyaan dan pertanyaan. Foto yang terekam disamping hanyalah bagian dari masa tersebut. Seto, Tri, Lutfi, Hayu, Ayi', Rifda, dan Edi senang berkenalan dengan anda. Maaf, itu semua hanya masa lalu.
19 April 2009
Anak Pulau Kelapa
Pulau Kelapa yang berada di Kepulauan Seribu merupakan salah satu pulau yang berpenghuni. Masyarakat yang ramah dengan panorama alam yang begitu indah nan elok. Anak-anak bermain di sekitar perahu-perahu yang singgah, bermain dan tertawa.
Aku takkan pernah melupakan gambar di atas. Saat yang menyenangkan, tatkala bisa bercerita dan bercengkerama tentang Elang dengan mereka. "Elang adalah sahabat bagi ekosistem, tanpa Elang pulau akan terasa sepi dan hampa, tanpa Elang nelayan tak sanggup untuk menemukan ikan, tanpa Elang aku tidak mungkin berada di sisi anak-anak pulau Kelapa.
Predator yang memiliki daya terbang tinggi, seakan menginpirasikan bahwa anak Indonesia mampu dan bisa setegar serta sekuat Elang. Simbol yang senantiasa menunjukkan keagungan Sang Pencipta, simbol yang mampu mengingatkan kesadaran kita terhadap keseimbangan ekosistem, dan selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)