Begitu dalam isapan nikotinnya. Duduk dilembaran alas biru lusuh. Lampu terang benderang. Di sudut kota, belahan dari katulistiwa. Mereka berbicara pada entitas tak berarti.
Sedikit ku geser warna nadanya. Pelan dalam nuansa pagi. Lepas tanpa batas setelah semua tawa sirna. Diam tanpa suara, suara yang membuat telinga ini semakin sesak oleh mereka.
Berharap keindahan. Berharap akan harapan.
Menari mereka dalam diam. Riang tanpa caffein. Hanya penyesalan dalam rias wajahnya. Nampak jelas tatkala matanya bersembunyi dalam goa kegelapan.
Kujalankan penyesalanku juga. Dalam sunyi nampak surga yang tak terbias. Dalam kelam terdapat aroma yang menyesakkan kehidupan.
Tak berarti lagi caffein. Tidak beguna lagi nikotin. Imajinasi otak terus berlari pada kebebasan, tanpanya lagi.
14 May 2009
13 May 2009
Freedom fighter
Masa lalu, dalam kenangan di ruang bersama. Masa yang penuh dengan pertanyaan dan pertanyaan. Foto yang terekam disamping hanyalah bagian dari masa tersebut. Seto, Tri, Lutfi, Hayu, Ayi', Rifda, dan Edi senang berkenalan dengan anda. Maaf, itu semua hanya masa lalu.
19 April 2009
Anak Pulau Kelapa
Pulau Kelapa yang berada di Kepulauan Seribu merupakan salah satu pulau yang berpenghuni. Masyarakat yang ramah dengan panorama alam yang begitu indah nan elok. Anak-anak bermain di sekitar perahu-perahu yang singgah, bermain dan tertawa.
Aku takkan pernah melupakan gambar di atas. Saat yang menyenangkan, tatkala bisa bercerita dan bercengkerama tentang Elang dengan mereka. "Elang adalah sahabat bagi ekosistem, tanpa Elang pulau akan terasa sepi dan hampa, tanpa Elang nelayan tak sanggup untuk menemukan ikan, tanpa Elang aku tidak mungkin berada di sisi anak-anak pulau Kelapa.
Predator yang memiliki daya terbang tinggi, seakan menginpirasikan bahwa anak Indonesia mampu dan bisa setegar serta sekuat Elang. Simbol yang senantiasa menunjukkan keagungan Sang Pencipta, simbol yang mampu mengingatkan kesadaran kita terhadap keseimbangan ekosistem, dan selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikannya.
18 April 2009
Alang-Alang Menanti Jawaban
Rimbun alang-alang di padang senja. Terpanah oleh rangkaian yang tidak pernah tersentuh. Di tinggalkan bidadari yang pergi ke ruang jauh dari pelupuk matanya.
Ketika aku menghampiri alang-alang, Ketika aku harus berada di antara kegalauannya. Seutas harapan baru bagiku kala itu.
Alang-alang tersebut bernama Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca. Di mata mereka nampak sayu, setelah bidadari yang sangat di cintai meninggalkan daerah mereka. Serasa berada jauh, aku mencoba untuk meyakinkan mereka, bahwa bidadari itu masih ada, dan selalu dekat dengan kalian.
Amel, Cofuci, Dentum, dan Fraca menjadi nama awal bagi perjalananku. Aku akui aku tak mampu menjadi bidadari, aku akui aku tak secantik paras bidadari kalian. Tapi aku tahu tujuan alang-alang.
Kubuat mereka bermain, tertawa, tersenyum, dan berpikir. Muda bukan berarti lemah, muda bukan berarti kalah, akan tetapi muda adalah pilihan.
Di depan sekolah. Saat mereka bersua dalam malam, saat itu juga aku yakin bahwa bidadari itu mendampingi mereka. Bidadari itu akan selau menanti jawaban bagi cita mereka, dan aku hanyalah jembatan bagi pijakan diantara keduanya.
Ketika aku menghampiri alang-alang, Ketika aku harus berada di antara kegalauannya. Seutas harapan baru bagiku kala itu.
Alang-alang tersebut bernama Amel, Cofuci, Dentum dan Fraca. Di mata mereka nampak sayu, setelah bidadari yang sangat di cintai meninggalkan daerah mereka. Serasa berada jauh, aku mencoba untuk meyakinkan mereka, bahwa bidadari itu masih ada, dan selalu dekat dengan kalian.
Amel, Cofuci, Dentum, dan Fraca menjadi nama awal bagi perjalananku. Aku akui aku tak mampu menjadi bidadari, aku akui aku tak secantik paras bidadari kalian. Tapi aku tahu tujuan alang-alang.
Kubuat mereka bermain, tertawa, tersenyum, dan berpikir. Muda bukan berarti lemah, muda bukan berarti kalah, akan tetapi muda adalah pilihan.
Di depan sekolah. Saat mereka bersua dalam malam, saat itu juga aku yakin bahwa bidadari itu mendampingi mereka. Bidadari itu akan selau menanti jawaban bagi cita mereka, dan aku hanyalah jembatan bagi pijakan diantara keduanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)