Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

24 January 2015

Lampau Kembali Sejenak

Harapan bergumam dalam cita
Mengukur waktu tak kembali
Hingga tiba kembali
Sejenak saja

Kala surga di dekap
Langit dalam genggam
Tiba-tiba lenyap
Tanpa ada jawab

Kini waktu berpihak
Kembali sejenak
Tak tahu apakah abadi
Atau hanya pelipur dahaga bermain bola

11 January 2015

2015 Menulislah

Berlalu sudah 2014, berlalu dengan segala pasif dalam tulis.
Mulai dengan 2015, tulis di mulai lagi.
Mulai dengan cara yang beda
Dengan spirit tanpa batas

23 November 2014

DESAKU

Mengenalkan mereka arti sahabat. Mengenalkan mereka pada amanah. Mengenalkan mereka makna perjuangan, dan mengenalkan mereka pada PMII.

Sekedar mengenalkan, bukan berharap lebih. Aku bukan kaum putih berlukiskan arogansi, dan bukan pula hijau yang menghujam alam dengan kekuasaan nisbi. Tidak berwarna menjadi pilihan bijak.

Ibu kota menawarkan sejuta kisah, namun kisah yang paling bermakna hanya ketika tinggal di desa. Cita rasa khas pedesaan tidak tergantikan.

Jakarta, 23 November 2014

18 September 2014

Perangkat Tanpa Kemuliaan

Semua serba proyek, berbasis pada materialistik
Bernoda bermental ala koruptor
Sibuk dan tak mengenal arah
Berbicara seolah mahaguru

Manusia berjiwa iblis
Merengkuh kesombongan dan ketamakan
Mereka mengejar harta dan tahta

Apa ini formalitas untuk kemuliaan
Atau hanya senda gurau para pembuat perangkat
Sungguh semakin aneh tatkala wajah-wajah mulai bernada sengak
Beginilah potret perangkat tanpa kemuliaan.

Hotel Yusron Jombang, 18 September 2014