Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

08 October 2012

SMK Kehutanan Berbasis Pondok Pesantren

Para penggiat lingkungan hidup selalu berharap setiap kebijakan berpihak pada lingkungan hidup. Upaya-upaya konservasi, penyelamatan lingkungan, sampai perubahan pola hidup. Zaman berubah, tatanan berubah, namun pada dasarnya manusia memiliki kemampuan beradaptasi, dan pada hakikatnya manusia memiliki nurani.

Pengelolaan lingkungan hidup tidak saja dimiliki kaum aktifis lingkungan maupun penggiat lingkungan. Jika kita telisik lebih dalam, maka kita banyak menemukan kearifan lokal dari multikultur budaya bangsa yang mengajarkan pada kita tentang menghargai lingkungan.

Sinergisitas antara dunia kehutanan dan dunia pendidikan telah mengilhami arah gerakan penyelamatan lingkungan. Dengan optimalisasi peran generasi muda terhadap pengelolaan lingkungan yang berbasis pada nilai-nilai spiritual dan sosial kemasyarakatan, dengan harapan generasi tersebut mampu menjadi generasi yang berkualitas, berkarakter, profesional, dan berakhlakul karimah. SMK kehutanan berbasis pondok pesantren demikian jubul buku ini.

Berat : 0.25 kg
Dimensi : 16 x 24 cm
Penulis : Achmad Fauzi
Tahun terbit  : 2012
Jumlah halaman : x + 111
ISBN : 978-602-203-165-9


24 August 2012

Menanam Tanah Memindah Hijau

Tatanan jagad raya ala manusia. Tatanan perubahan menjulang. Merebahkan para kaum kalah. Kaum yang lemah.

ego pikir kekuasaan ditangan para tega. Tidak ada ruang bagi mereka, dia, atau kita. Semua digenggam dengan erat oleh para penguasa nafs.

Tanah kering bertumpuk dahaga. Berdiri kokoh menahan dingin dan angin. Pepohonan hanya hiasan menunggu runtuhnya langit.


23 August 2012

Lintasan Alam Tanpa Kiblat

Sudah waktunya malam berganti sesaat dalam rotasi sumber energi. Waktu berjalan dalam laras do'a. Pertarungan tiap pagi terhenti. Aku bergerak melintasi cahaya.

Lintasan tak pernah bertepi. Lintasan tak pernah bertanya. Manusialah penuh tanya. Tentunya dalam ruang jahiliyah terdalamnya.

Masih ada pergerakan detak mereka. Manusia teriak dijalanan. Membisu dalam ruangan. Tanpa kiblat. Sampai nusantara kau lemahkan.

Begitu banyak kulit asing mengungsi ke negara ini. Menjajah atas nama idealis. Dan lokal hanya diam seperti sedia kala. Hingga pemuda menjadi pemberontak tanpa makna.

Sungguh aku bosan dengan berita dilayar depan tempat dudukku. Mereka benar-benar menindas dengan rapi. Makanan, minuman, harta, dan jabatan sungguh menjadi racun yang indah.

Alam kini tak berkiblat. Angin lusuh. Air gelap. Api redup. Membeku menunggu waktu.




02 July 2012

Dahaga Matahari

Semak belukar diam bersama malam. Tuangkan berjuta inspirasi cahaya. Tanpa matahari, tanpa tawa. Sajak tak lagi indah. Kata tak lagi sabda. Mati jiwa, mati malam. itu dahulu kala.... Kini berbeda. Petarung jalanan mulai lagi. Pagi kuhantam dengan waktu. Semua berarti, setiap detik indah. Matahari aku bersamamu. Namun malam tetap hidupku.