21 October 2011
Suhu Yang Sama
Pagi yang biasa tanggal 21 Oktober 2011. Kota yang berbeda dengan derajat celcius yang sama. Pemateri hanya bicara dengan indah. Terhipnotis peserta dalam lubang belajar laboratorium.
Ada yang demo di Gedung Sate menuntut penguasa negeri ini. Berontak kaum terpelajar. Sungguh aroma perjuangan terasa. Merasuk bersama lantang teriakanmu para pemuda.
Aku menjadi pekerja saja. Membosankan sekali. Tidak ada ruang berekspresi. Aku disini hanya diam, dan sesekali membuat kegaduhan.
Bersemangatlah para pemuda. Aku rindu rasa kejujuranmu. Gedung Sate dan Mahasiswa memberikan impuls kepadaku.
15 September 2011
Daun Jatuh
Berbaju hitam putih ala catur pada tempat pemujaan. Pohon tegak ditengah rimbun sahaja. Berparas selimut coklat pelindung.
Akar tak nampak. Tertutup tanah gersang Nusantara. Mikroba menjalar kedalam tanah, menjauhi musim kemarau ini.
Didekatmu semilir angin nan lembut. Kipas hijau daun bercampur kicau burung. Damai begitu damai.
Daun jatuh tidak hanya berwarna coklat, yang muda pun terdampar pada gundukan tanah ini. Seperti manusia akan mati saat tua, dan yang muda pun bisa mati. Namun apakah daun itu menjadi pupuk ataukah daun akan dibakar dan tidak bermanfaat.
04 September 2011
Rimba Tepi Kota
Luntur jiwa kelam dalam belaian ibu pertiwi. Menentang arus belantara nusantara hijau. Meniti setiap masa menuju akhir dunia. Manusia makhuk tak berbentuk.
Senja kota menggiring dimensi retorika. Televisi menawarkan berjuta kebodohan. Rakyat bangunlah, bergegaslah menuju keadilan.
Tepian kota menanti jawab. Hukum rimba telah datang. Tanpa Moral mereka para pen-serakah. Murka rakyat Murka Tuhan...
27 August 2011
Retak Lingkaran Hitam
Seloroh tubuh meredam gejolak. Angin hitam mendegradasi kecerdasan mereka. Tanpa kerja keras mereka begitu menikmati masa muda. Tanpa merasa menanam aku akan tenang.
Kepribadian yang dirampah kemalasan membunuh jiwa muda mereka. Seakan menang otak kampungan para pelajar. Sejenak aku menghela nafas karena semua ini adalah proses. Jauh lebih kejam dunia pendidikan yang sebenarnya.
Hedonisme pergilah. Kapitalisme pergilah. Ini sumsum muda, jangan kau sakiti degan kesenangan palsu.
Langkah semakin saja terasa berat. Lingkaran hitam selalu ada disetiap tempat. Semakin lelah, dan digerus oleh jiwa-jiwa muda pemalas.
Subscribe to:
Posts (Atom)