Sudah waktunya malam berganti sesaat dalam rotasi sumber energi. Waktu berjalan dalam laras do'a. Pertarungan tiap pagi terhenti. Aku bergerak melintasi cahaya.
Lintasan tak pernah bertepi. Lintasan tak pernah bertanya. Manusialah penuh tanya. Tentunya dalam ruang jahiliyah terdalamnya.
Masih ada pergerakan detak mereka. Manusia teriak dijalanan. Membisu dalam ruangan. Tanpa kiblat. Sampai nusantara kau lemahkan.
Begitu banyak kulit asing mengungsi ke negara ini. Menjajah atas nama idealis. Dan lokal hanya diam seperti sedia kala. Hingga pemuda menjadi pemberontak tanpa makna.
Sungguh aku bosan dengan berita dilayar depan tempat dudukku. Mereka benar-benar menindas dengan rapi. Makanan, minuman, harta, dan jabatan sungguh menjadi racun yang indah.
Alam kini tak berkiblat. Angin lusuh. Air gelap. Api redup. Membeku menunggu waktu.
23 August 2012
Lintasan Alam Tanpa Kiblat
02 July 2012
Dahaga Matahari
Semak belukar diam bersama malam. Tuangkan berjuta inspirasi cahaya. Tanpa matahari, tanpa tawa.
Sajak tak lagi indah. Kata tak lagi sabda. Mati jiwa, mati malam.
itu dahulu kala....
Kini berbeda. Petarung jalanan mulai lagi. Pagi kuhantam dengan waktu. Semua berarti, setiap detik indah.
Matahari aku bersamamu. Namun malam tetap hidupku.
07 March 2012
Embun Melaju Tanpa Batas
Kuda besiku sudah mulai rentan. Tapi aku tetap saja setia. Menari pagi dalam elok cinta. Aku terbang dan engkau landasan terindah.
Kala waktu petang, aku bergegas pulang. Membawa harapan masa depan. Tapi aku tak kuasa realitas yang masih belum bersahabat.
Rinduku pada jejak petualang hutan-laut, gunung-desa.
31 January 2012
Air Langit
Badai dalam hujan adalah hal biasa. Angin bersatu dengan air. Bergelombang dan mengalirlah sampai jauh. Terapi Jiwa dalam riuh ramai dingin. Terapi kedamaian. bersama teduh malam. Air langit menguaplah sampai ke sumsum tulang para pencari keadilan.
Subscribe to:
Posts (Atom)