kata Alas biasa disebut oleh orang jawa, namun dalam bahasa Indonesia Alas bernama Hutan. Alas bukan Alaska yang dingin dan beranjak mencair akibat pemanasan global.
Kini jarang ditemukan Alas nan rimbun. Berangsur dan bertahap Alas telah menjadi ruang pekat nan gersang. Nama Alas terkikis keangkerannya, karena yang didalam Alas, seperti harimau ikut dimusnahkan.
Bagaimana jika manusia modern dan kapitalis tidak ber-alas, tidur tidak ber-alas, makan tidak ber-alas piring, minum tidak ber-alas gelas, semua itu ada kemungkinannya jika manusia masih terus-terusan menghancurkan Alas.
05 March 2011
02 March 2011
Persinggahan Ikat Suci
Minggu, 27 februari 2011. Pagi berdegup melintasi sahaja waktu. Melewati dua makam Presiden Indonesia, dari sang revolusioner ke pembaharu perubahan nusantara. Tujuh dalam satu mobilitas dan tujuan yang sama.
Ini waktu yang terlewati begitu saja, cepat, tanpa aral dan penuh harapan. Saat yang dinanti bagi kehidupan yang baru. Kehidupan yang menjadi fitrah anak manusia dalam melanjutkan hidupnya.
Hanya berdasar keyakinan dan niat baik. Itu saja.
Ini waktu yang terlewati begitu saja, cepat, tanpa aral dan penuh harapan. Saat yang dinanti bagi kehidupan yang baru. Kehidupan yang menjadi fitrah anak manusia dalam melanjutkan hidupnya.
Hanya berdasar keyakinan dan niat baik. Itu saja.
11 February 2011
Hijau Bumi Nusantara
Simbol hijau nan suci, bersikeras dengan kedamaian dinamisasi liberal. Pergolakan Nusantara kini memainkan peranan politis angkuh. Berjibaku dalam rana kuasa dan berkata:"Yang kuasa yang dapat makan". Sebuah slogan bagi serigala berparas monyet.
Bumi sudah tak kuasa menahan amarah sang suci. Satu persatu darah mulai berceceran. Konflik etnis, agama menjadi lumbung para politisi busuk untuk menjadi pahlawan. Kaum intelektual mulai mencari jalan aman, dan membersihkan kotoran yang berlumpur tai anjing.
Indonesia butuh tatanan baru. Butuh kualitas kejujuran. Butuh simbol kebenaran. Dan Indonesia tidak butuh orang pengecut berparas suci.
Sebuah refleksi tentang Nusantara. Menggagas wajah baru, Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai tradisi dan kekuatan NKRI.
Bumi sudah tak kuasa menahan amarah sang suci. Satu persatu darah mulai berceceran. Konflik etnis, agama menjadi lumbung para politisi busuk untuk menjadi pahlawan. Kaum intelektual mulai mencari jalan aman, dan membersihkan kotoran yang berlumpur tai anjing.
Indonesia butuh tatanan baru. Butuh kualitas kejujuran. Butuh simbol kebenaran. Dan Indonesia tidak butuh orang pengecut berparas suci.
Sebuah refleksi tentang Nusantara. Menggagas wajah baru, Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai tradisi dan kekuatan NKRI.
25 January 2011
Beriak Telaga Sunyi
Embun pada getah nadi memerah
Terasing pada luapan air
Bengalir diantara dedaunan
Bersua kejujuan
Sampaikan salamku pada kebenaran
Telaga hening rumahku
Sunyi tanpa batas
Beriak tatkala bingkai kebohongan membumi
Terasing pada luapan air
Bengalir diantara dedaunan
Bersua kejujuan
Sampaikan salamku pada kebenaran
Telaga hening rumahku
Sunyi tanpa batas
Beriak tatkala bingkai kebohongan membumi
Subscribe to:
Posts (Atom)