Terobos kala waktu tak bersahabat. Lalui jiwa-jiwa pemberontak. Menerpa segala asing dalam diri. Seraya cahaya dengan kilau yang memutihkan segala warna.
Aku berdiri diatas kertas bertulis. Tak berhadap realitas, namun entitas. Menyusun segala daya permata dalam gelap. Ribuan jalanan serta raut muram takkan menghentikan semua ini.
Aku dalam riuh tak sejati. Menghantam ketidakadilan. Menghujam sendi kemalasan. Meretas asa yang telah hilang.
Jalanan sudah tak bersahabat. Ekosistem memerah corona neraka. Melibas tak berdaya. Bersamamu aku disisi petarung jalanan. Takkan gentar dengan egosentris biadab manusia. Meskipun jalanan mencekam, akan aku lalui dengan tenang jiwa.
10 January 2011
30 December 2010
Sajadah 25 Desember
Kuletakkan dengan segala hormat. Kutasbihkan liang kehidupan. Bersembah hanya pada-Nya, atas karunia-Nya.
Tanpa rasa ragu. Tanpa pikir. Begitulah keyakinan.
Tanpa rasa ragu. Tanpa pikir. Begitulah keyakinan.
Jilatan Kemunafikan
Bahu terasa berat, urat bergelombang dengan aliran yang tak begitu bernada. Meretas setiap harapan dalam kilau cahaya. Kudengarkan lirih ayat dari utara, masuk dalam kilang kedamaian. Seyogyanya aku tersenyum diawal tahun 2011.
Dua tahun yang menjadi titik balik kelam masa depan. Balutan kebohongan diatas nama baik, sangatlah memuakkan. Aku terjang arus cinta yang hanya singgah di alam kebodohan, penuh rongrongan dan jilatan kemunafikan. Harga diri intelektualpun terbeli atas nama cinta, begitu memuakkan.
Jerat mesti terlepas, terbebas dari rangkul tak bermakna. Logika dan rasa harus berjalan, menatap tajam dengan gelombang kejujuran yang berada diatas tiang segala-galanya.
Dua tahun yang menjadi titik balik kelam masa depan. Balutan kebohongan diatas nama baik, sangatlah memuakkan. Aku terjang arus cinta yang hanya singgah di alam kebodohan, penuh rongrongan dan jilatan kemunafikan. Harga diri intelektualpun terbeli atas nama cinta, begitu memuakkan.
Jerat mesti terlepas, terbebas dari rangkul tak bermakna. Logika dan rasa harus berjalan, menatap tajam dengan gelombang kejujuran yang berada diatas tiang segala-galanya.
10 November 2010
Diamlah Seperti Pohon
Sorak ramai harapan dan kedudukan. Status menjadi yang nomer satu bagi kalangan munafik. Mulai menancapkan racun. Menusuk sampai ke rongga masa depan.
Manusia adalah jelmaan antara langit dan bumi. Berada dikeduanya dan saling memberi keseimbangan. Mendekat ke langit dan takkan melupakan bumi, selarasnya seperti itu.
Kini, semua sudah menjadi sampah. Materi jadi tujuan. Jiwa mampu dibeli. Kesenangan menjadi prioritas. Bumi bukan langit, kata orang yang slalu mengagungkan bumi.
Memanusiakan manusia barang langkah saat ini. Semua siap menerkam dan menjatuhkan, tanpa tersisa.
Pohon, diamlah seperti pohon. Diam dengan keikhlasan. Hidup dengan segala manfaat. Menjadi roh bumi, bahkan langit.
Manusia adalah jelmaan antara langit dan bumi. Berada dikeduanya dan saling memberi keseimbangan. Mendekat ke langit dan takkan melupakan bumi, selarasnya seperti itu.
Kini, semua sudah menjadi sampah. Materi jadi tujuan. Jiwa mampu dibeli. Kesenangan menjadi prioritas. Bumi bukan langit, kata orang yang slalu mengagungkan bumi.
Memanusiakan manusia barang langkah saat ini. Semua siap menerkam dan menjatuhkan, tanpa tersisa.
Pohon, diamlah seperti pohon. Diam dengan keikhlasan. Hidup dengan segala manfaat. Menjadi roh bumi, bahkan langit.
Subscribe to:
Posts (Atom)