Kuletakkan dengan segala hormat. Kutasbihkan liang kehidupan. Bersembah hanya pada-Nya, atas karunia-Nya.
Tanpa rasa ragu. Tanpa pikir. Begitulah keyakinan.
30 December 2010
Sajadah 25 Desember
Jilatan Kemunafikan
Bahu terasa berat, urat bergelombang dengan aliran yang tak begitu bernada. Meretas setiap harapan dalam kilau cahaya. Kudengarkan lirih ayat dari utara, masuk dalam kilang kedamaian. Seyogyanya aku tersenyum diawal tahun 2011.
Dua tahun yang menjadi titik balik kelam masa depan. Balutan kebohongan diatas nama baik, sangatlah memuakkan. Aku terjang arus cinta yang hanya singgah di alam kebodohan, penuh rongrongan dan jilatan kemunafikan. Harga diri intelektualpun terbeli atas nama cinta, begitu memuakkan.
Jerat mesti terlepas, terbebas dari rangkul tak bermakna. Logika dan rasa harus berjalan, menatap tajam dengan gelombang kejujuran yang berada diatas tiang segala-galanya.
Dua tahun yang menjadi titik balik kelam masa depan. Balutan kebohongan diatas nama baik, sangatlah memuakkan. Aku terjang arus cinta yang hanya singgah di alam kebodohan, penuh rongrongan dan jilatan kemunafikan. Harga diri intelektualpun terbeli atas nama cinta, begitu memuakkan.
Jerat mesti terlepas, terbebas dari rangkul tak bermakna. Logika dan rasa harus berjalan, menatap tajam dengan gelombang kejujuran yang berada diatas tiang segala-galanya.
10 November 2010
Diamlah Seperti Pohon
Sorak ramai harapan dan kedudukan. Status menjadi yang nomer satu bagi kalangan munafik. Mulai menancapkan racun. Menusuk sampai ke rongga masa depan.
Manusia adalah jelmaan antara langit dan bumi. Berada dikeduanya dan saling memberi keseimbangan. Mendekat ke langit dan takkan melupakan bumi, selarasnya seperti itu.
Kini, semua sudah menjadi sampah. Materi jadi tujuan. Jiwa mampu dibeli. Kesenangan menjadi prioritas. Bumi bukan langit, kata orang yang slalu mengagungkan bumi.
Memanusiakan manusia barang langkah saat ini. Semua siap menerkam dan menjatuhkan, tanpa tersisa.
Pohon, diamlah seperti pohon. Diam dengan keikhlasan. Hidup dengan segala manfaat. Menjadi roh bumi, bahkan langit.
Manusia adalah jelmaan antara langit dan bumi. Berada dikeduanya dan saling memberi keseimbangan. Mendekat ke langit dan takkan melupakan bumi, selarasnya seperti itu.
Kini, semua sudah menjadi sampah. Materi jadi tujuan. Jiwa mampu dibeli. Kesenangan menjadi prioritas. Bumi bukan langit, kata orang yang slalu mengagungkan bumi.
Memanusiakan manusia barang langkah saat ini. Semua siap menerkam dan menjatuhkan, tanpa tersisa.
Pohon, diamlah seperti pohon. Diam dengan keikhlasan. Hidup dengan segala manfaat. Menjadi roh bumi, bahkan langit.
31 October 2010
Merah Putih Merah
Nusantara belantara alam raya
Memutih bercahaya dalam kelam
Tak seelok dahulu
Tak serimbun kedamaian
Memerah penuh amarah
Merah Putih bendera memerah
Putih tertutup darah bencana
Merah menjadi lautan tumbal
Hijau bukan warna hutanmu lagi
Biru bukan kulit lautmu lagi
Memerah penuh kuasa manusia
Lupa akan angerah kuasa
Berapa lagi kemampuan keserakahannmu
Kau jadikan mesin-mesin pencetak uang
Kau binasakan bangsamu sendiri
Kembalilah pada fitrah
Jalan kebenaran, dan hantam ke-tidak-adil-an
Indonesia bukan milikmu saja, wahai presiden
Indonesia bukan milikmu saja, wahai DPR
Indonesai bukan milikmu, bukan milikmu
Memutih bercahaya dalam kelam
Tak seelok dahulu
Tak serimbun kedamaian
Memerah penuh amarah
Merah Putih bendera memerah
Putih tertutup darah bencana
Merah menjadi lautan tumbal
Hijau bukan warna hutanmu lagi
Biru bukan kulit lautmu lagi
Memerah penuh kuasa manusia
Lupa akan angerah kuasa
Berapa lagi kemampuan keserakahannmu
Kau jadikan mesin-mesin pencetak uang
Kau binasakan bangsamu sendiri
Kembalilah pada fitrah
Jalan kebenaran, dan hantam ke-tidak-adil-an
Indonesia bukan milikmu saja, wahai presiden
Indonesia bukan milikmu saja, wahai DPR
Indonesai bukan milikmu, bukan milikmu
Subscribe to:
Posts (Atom)