Tatanan jagad raya ala manusia. Tatanan perubahan menjulang. Merebahkan para kaum kalah. Kaum yang lemah.
ego pikir kekuasaan ditangan para tega. Tidak ada ruang bagi mereka, dia, atau kita. Semua digenggam dengan erat oleh para penguasa nafs.
Tanah kering bertumpuk dahaga. Berdiri kokoh menahan dingin dan angin. Pepohonan hanya hiasan menunggu runtuhnya langit.
24 August 2012
Menanam Tanah Memindah Hijau
23 August 2012
Lintasan Alam Tanpa Kiblat
Sudah waktunya malam berganti sesaat dalam rotasi sumber energi. Waktu berjalan dalam laras do'a. Pertarungan tiap pagi terhenti. Aku bergerak melintasi cahaya.
Lintasan tak pernah bertepi. Lintasan tak pernah bertanya. Manusialah penuh tanya. Tentunya dalam ruang jahiliyah terdalamnya.
Masih ada pergerakan detak mereka. Manusia teriak dijalanan. Membisu dalam ruangan. Tanpa kiblat. Sampai nusantara kau lemahkan.
Begitu banyak kulit asing mengungsi ke negara ini. Menjajah atas nama idealis. Dan lokal hanya diam seperti sedia kala. Hingga pemuda menjadi pemberontak tanpa makna.
Sungguh aku bosan dengan berita dilayar depan tempat dudukku. Mereka benar-benar menindas dengan rapi. Makanan, minuman, harta, dan jabatan sungguh menjadi racun yang indah.
Alam kini tak berkiblat. Angin lusuh. Air gelap. Api redup. Membeku menunggu waktu.
Lintasan tak pernah bertepi. Lintasan tak pernah bertanya. Manusialah penuh tanya. Tentunya dalam ruang jahiliyah terdalamnya.
Masih ada pergerakan detak mereka. Manusia teriak dijalanan. Membisu dalam ruangan. Tanpa kiblat. Sampai nusantara kau lemahkan.
Begitu banyak kulit asing mengungsi ke negara ini. Menjajah atas nama idealis. Dan lokal hanya diam seperti sedia kala. Hingga pemuda menjadi pemberontak tanpa makna.
Sungguh aku bosan dengan berita dilayar depan tempat dudukku. Mereka benar-benar menindas dengan rapi. Makanan, minuman, harta, dan jabatan sungguh menjadi racun yang indah.
Alam kini tak berkiblat. Angin lusuh. Air gelap. Api redup. Membeku menunggu waktu.
Subscribe to:
Posts (Atom)