Beranjak dari ruang benderang, lalui waktu tanpa batas, meski bersekat...
Merobohkan tanpa menjatuhkan...
Memuliakan tanpa memuji...

12 August 2011

Gerilya

Sudah lama terdiam. Waktu terbuang percuma. Ga ada yang spesial dari tempat persembunyian. Semua serba kehidupan kapitalis, konsumenisme dan materialistik.

Dermaga perang sudah rapuh. Perlahan mulai retak dan hancur. Tapi kau masih terdiam, dan aku mengamini.

Kehidupan alam semesta bukan buat kaum hedonisme saja. Hanya kuasa kehidupan pribadi yang aku temukan. Tiada lagi kawan diskusi dalam persembunyian. Apakah ini waktunya.

Berpikir dan merenung lebih baik dari pada beribadah seribu tahun. Itu kalimat sebuah hadist yang masih dalam perdebatan. Namun, terlepas dari hal tersebut berpikir untuk sebuah tujuan perubahan menuju pencerahan adalah yang perlu dilakukan saat ini. Saat amunisi masih terkumpul dengan tegas dan jujur.

08 August 2011

Sudut Kota Neraka

Lunglai dalam ketidakpastian. Terhempas jerami terjang tengkulak biadab. Riuh ramai tak terasa, dan hanya sunyi pagi ini.

Suara-suara do'a sebrang jalanan. Mengukir indah dalam sujud. Ku tahbiskan jiwa ini padamu Penguasa Alam. Kota yang tak bersahabat dan aku terhenyak sepi.

Suram sudut alam semesta. Semua bergegas meminta surga. Semua beranjak menjauh neraka. Namun, kenapa cara-cara hitam di bumi masih kau pakai. Lantunan suci hanya kau hafal di mulut saja. Pergerakan statis tanpa aroma kejujuran. Itukah sudut kota yang kau banggakan.

06 August 2011

Serdadu Berbuka Puasa

Nuklir kesabaran rengkuh cahaya
Laras panjang pekikkan nada kebenaran
Panah api angkara murka

Hening damai suci
Tahan nafsumu
Teriakkan Allahuakbar

Serdadu nuansa Ramadhan
Berparas putih suci
Melangkah ke Penguasa Alam Semesta

01 August 2011

Telisik Tukang Tinta

Peradaban yang dibangun atas dasar kerakusan sumber daya alam mulai menjadi Dewa-Dewa. Kulit luar terasa penuh aroma takjub, namun dalam kering kerontang. Para sufi termenung dalam ketiadaan serdadu timur tengah yang diberondong kaum barat.

Idealis yang berujung pada fanatisme menjadi jalan para pemuka kebenaran. Tidak ada pikir tajam lagi akan arti kedamaian. Mereka saling serang untuk mendapatkan kepuasan akan kebenaran.

Telisik kebenaran dalam dialektika terasa mentah dan hambar. Kedamaian hanya pada tinta-tinta yang tergores dalam lembar putih kusam.

Dunia dipenuhi jiwa-jiwa kosong. Pemberontak tak jelas hinggap pada jiwa tersebut. Ruang pemikiran hanya semu individualistik. Kapitalis berkuasa dalam sendi setiap insan.

Optimisme. Kerja keras. Toleransi. Tukang tinta akan sangat bahagia dengan semua kearifan manusia yang bergelora dalam jiwa-jiwa yang tenang.