Peradaban yang dibangun atas dasar kerakusan sumber daya alam mulai menjadi Dewa-Dewa. Kulit luar terasa penuh aroma takjub, namun dalam kering kerontang. Para sufi termenung dalam ketiadaan serdadu timur tengah yang diberondong kaum barat.
Idealis yang berujung pada fanatisme menjadi jalan para pemuka kebenaran. Tidak ada pikir tajam lagi akan arti kedamaian. Mereka saling serang untuk mendapatkan kepuasan akan kebenaran.
Telisik kebenaran dalam dialektika terasa mentah dan hambar. Kedamaian hanya pada tinta-tinta yang tergores dalam lembar putih kusam.
Dunia dipenuhi jiwa-jiwa kosong. Pemberontak tak jelas hinggap pada jiwa tersebut. Ruang pemikiran hanya semu individualistik. Kapitalis berkuasa dalam sendi setiap insan.
Optimisme. Kerja keras. Toleransi. Tukang tinta akan sangat bahagia dengan semua kearifan manusia yang bergelora dalam jiwa-jiwa yang tenang.
No comments:
Post a Comment