Sandaran bumi sudah tak sekokoh masa lalu. Hijau berubah menjadi beton. Irama dinamisasi terkikis aroma manusiawi dalam mempertahankan kehidupan yang hedonis.
Berkeinginan melampaui kuasa langit, namun tak seimbang dengan kuasa bumi. Berpijak dan sekali-kali melawan arus dalam terjang yang kerap kali ada.
Belaian awan hanya menjadi petir dan arus langit yang berbadai.
Pohon, bersandarlah pada pohon. Pohon kehidupan. Akar yang kuat yang akan mampu menopang kehidupan. Bukan lagi hijau dalam daun fatamorgana.
10 October 2010
Bersandar Pada Pohon
27 September 2010
CUACA EKSTRIM ADALAH KAMBING HITAM
Gagalnya panen para petani menjadi buah bibir yang tiada hentinya. Banjir, cuaca, dan alam menjadi kambing hitam bagi kegagalan produksi. Petani merana, pejabat tertawa, akademisi linglung, itulah yang terjadi saat ini.
Kesejahteraan dan keadilan terasa jauh dan hanya berada di awan-awan. Sejarah menjadi penghafal saja, masa lampau berlalu tanpa arti. Tonggak kesuburan hancur lebur akibat kerakusan manusia.
Jangan salahkan cuaca, cuaca tidak salah. Jangan kebiri masyarakat dengan kabar palsu. Atau celoteh yang hanya menghasilkan uang saja.
Keseimbangan ekosistem, keragaman, dan gotong-royong terkikis oleh keserakahan kaum penjilat, pejabat, bangsawan yang sampai saat ini hanya menggemborkan tahta. Kita sudah bosan dengan slogan palsu, sampai-sampai kaum independen kau seret dalam liang kuburmu.
Belajar dari cuaca, dan kembali pada penghitungan kalender insting petani.
Kesejahteraan dan keadilan terasa jauh dan hanya berada di awan-awan. Sejarah menjadi penghafal saja, masa lampau berlalu tanpa arti. Tonggak kesuburan hancur lebur akibat kerakusan manusia.
Jangan salahkan cuaca, cuaca tidak salah. Jangan kebiri masyarakat dengan kabar palsu. Atau celoteh yang hanya menghasilkan uang saja.
Keseimbangan ekosistem, keragaman, dan gotong-royong terkikis oleh keserakahan kaum penjilat, pejabat, bangsawan yang sampai saat ini hanya menggemborkan tahta. Kita sudah bosan dengan slogan palsu, sampai-sampai kaum independen kau seret dalam liang kuburmu.
Belajar dari cuaca, dan kembali pada penghitungan kalender insting petani.
23 September 2010
Hujan Itu Anugerah
Tidak ada hujan bukanlah negaraku. Dengan hujan, sumber daya alam menjadi berlimpah. Kemakmuran menjadi sahabat. Kesejahteraan pun hinggap selalu.
Bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor bukanlah berasal dari hujan. Melainkan kerakusan manusia dalam memanfaatkan alam secara berlebihan dan tak tahu malu.
Setiap tahun berita itu selalu ada. Hujan disalahkan oleh manusia. Manusia yang harusnya disalahkan, atau saya saja yang disalahkan.
Hargailah alam ciptaan Tuhan. Berefleksi akan hakekat hujan yang turun sesudah gelap datang, yang turun hanya dilokasi tertentu. Sumber pencemar seperti karbon hanya bisa bersih tatkala hujan datang
Terimakasih Tuhan.. Hujan adalah Anugerah..
Bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor bukanlah berasal dari hujan. Melainkan kerakusan manusia dalam memanfaatkan alam secara berlebihan dan tak tahu malu.
Setiap tahun berita itu selalu ada. Hujan disalahkan oleh manusia. Manusia yang harusnya disalahkan, atau saya saja yang disalahkan.
Hargailah alam ciptaan Tuhan. Berefleksi akan hakekat hujan yang turun sesudah gelap datang, yang turun hanya dilokasi tertentu. Sumber pencemar seperti karbon hanya bisa bersih tatkala hujan datang
Terimakasih Tuhan.. Hujan adalah Anugerah..
15 September 2010
Ceria Bumi
Tak lekang waktu keindahan khatulistiwa. Bumi tersenyum menatap optimis hari esok. Embun mengibaskan ruang datar laras kulit. Meresap pertanda sehabis hujan.
Aroma sunyi sirnah dengan sebuah harapan. Terlepas masa suram dalam penat. Begitulah kira-kira jika menjadi manusia optimistik.
Lepaskan dalam pantai riuh gemerisik ombak. Tertawa kanak dalam jemari liar. Menyapa sang bidadari alam. Ku terperanjak paras senja.
Merona bukan merana. Cerialah ke hadap-Nya. Bahagiakan sekitar dengan jalan pikir yang menentang dunia. Meletakkan kerendahan, Namun menjulang kekayaan hati.
Aroma sunyi sirnah dengan sebuah harapan. Terlepas masa suram dalam penat. Begitulah kira-kira jika menjadi manusia optimistik.
Lepaskan dalam pantai riuh gemerisik ombak. Tertawa kanak dalam jemari liar. Menyapa sang bidadari alam. Ku terperanjak paras senja.
Merona bukan merana. Cerialah ke hadap-Nya. Bahagiakan sekitar dengan jalan pikir yang menentang dunia. Meletakkan kerendahan, Namun menjulang kekayaan hati.
Subscribe to:
Posts (Atom)