Abu-abu, biru, putih, jingga dan pasti ada waktunya dalam gelap. Perubahan yang dinamis senantiasa mengisyaratkan akan selalu ada perubahan. Terkadang perubahan itu bernilai baik bagi manusia, terkadang juga sebaliknya.
Ketidakpastian akan warna pada sisi mata terang merupakan jawaban akan keberagaman isi bumi. Bukan lagi persamaan dalam memandang segala bentuk permasalahan yang melekat pada dunia lingkungan. Degradasi mutlak bagi kerakusan umat manusia.
Kuasa langit kian tak terbendung. Peradaban yang dibangun seolah mentasbihkan manusia pada jurang kebinasahan.
Berada pada keelokan alam semesta dalan ciptaannya seyogyanya menjadikan suasana dinamis tersebut menjadi kekayaan yang sempurna. Menentang segala bentuk penindasan dan memperjuangkan keadilan diatas ilmu pengetahuan dan moraliti dalam kebijaksanaan.
Sejarah takkan berulang, peradaban manusia selalu mengalami perubahan, dan kepastian waktu akan selalu melaju dengan putaran bumi pada porosnya.
18 February 2010
Kuasa Langit Dalam Paradigma Kritis Lingkungan
31 January 2010
Komunitas Rajekwesi sebagai Belantara Dimensi Persahabatan
Sabtu, 23 Januari 2010, seusai memberikan stimulus mengenai LKTI dari salah satu peminat ilmu pengetahuan. Dimulai keberangkatan dari Malang, dengan belaian tas yang menemani perjalanan sederhana. Jenuh adalah ucap yang sangat menarik dalam memotivasi rona penglihatan pelangi jalanan, mencoba kembali di habitat awal, belajar dengan bahasa tatap empiris.
Hujan mengguyur saat tiba di kota Anglingdarma. Gerimis tak menghalagi jalan dengan tetesan lembut yang terus saja membasahi lelah tubuh ini. Malam yang selaras dengan kedamaian akan eksistensi perjalanan.
.........
Tiga hari sudah di kota Bojonegoro. Malam adalah warung kopi pinggir jalan, berbahasa, tertawa, berkeluh dan bercita. Berempat dalam lingkar sahabat, mencoba meluangkan diri pada setetes harapan. Berharap pada keadilan dan kesejahteraan sosial, sehingga terlontar komunitas Rajekwesi. Membaca, bersahabat, kepemimpinan dan motivator adalah ide awal dalam pembiusan cita bersama.
.........
Ke-esokan adalah perjalanan, berpetualang dengan motor. Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, dan Madiun terlewati dalam dua hari.
Jalan brutal Bojonegoro-Ngawi sempat membuat frustasi. Namun, tak ada yang melegakan kala bersua dengan kopi khas Madiun kala malam. Lelah terbayar dengan bahasa sederhana warung kopi, dan terlelap di Raja Air Madiun. Sampai ujung perjalanan ditengah kota Jombang yang sejuk, sambil menikmati kopi dikeramaian mainan anak.
Perjalanan adalah sumber inspirasi, akan ada hal baru dalam menikmati esensi sebuah perjalanan. Mengerti perjalanan akan menyadarkan betapa pentingnya sebuah proses. Perjalananku kini bukan petualangan, Namun berefleksi akan sekitar perjalanan yang terdapat warna-warna indah kehidupan.
Hujan mengguyur saat tiba di kota Anglingdarma. Gerimis tak menghalagi jalan dengan tetesan lembut yang terus saja membasahi lelah tubuh ini. Malam yang selaras dengan kedamaian akan eksistensi perjalanan.
.........
Tiga hari sudah di kota Bojonegoro. Malam adalah warung kopi pinggir jalan, berbahasa, tertawa, berkeluh dan bercita. Berempat dalam lingkar sahabat, mencoba meluangkan diri pada setetes harapan. Berharap pada keadilan dan kesejahteraan sosial, sehingga terlontar komunitas Rajekwesi. Membaca, bersahabat, kepemimpinan dan motivator adalah ide awal dalam pembiusan cita bersama.
.........
Ke-esokan adalah perjalanan, berpetualang dengan motor. Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, dan Madiun terlewati dalam dua hari.
Jalan brutal Bojonegoro-Ngawi sempat membuat frustasi. Namun, tak ada yang melegakan kala bersua dengan kopi khas Madiun kala malam. Lelah terbayar dengan bahasa sederhana warung kopi, dan terlelap di Raja Air Madiun. Sampai ujung perjalanan ditengah kota Jombang yang sejuk, sambil menikmati kopi dikeramaian mainan anak.
Perjalanan adalah sumber inspirasi, akan ada hal baru dalam menikmati esensi sebuah perjalanan. Mengerti perjalanan akan menyadarkan betapa pentingnya sebuah proses. Perjalananku kini bukan petualangan, Namun berefleksi akan sekitar perjalanan yang terdapat warna-warna indah kehidupan.
15 January 2010
Apakah kegelisahan itu?
Kegelisahan tak ubahnya sebuah penantian. Sama halnya dengan tuntutan demi tuntutan yang berujung pada sebuah paksaan.
Tidak semestinya hal tersebut terjadi. Mencoba berdiri tegak akan selalu terombang-ambing, dan terlentang pun akan buat mati dinamika.
Arus tidaklah penting untuk dilawan. Arus adalah rutinitas, mengikuti namun tidak tergerus. Dan tidak semestinya aku membuat arus sendiri, karena itu bukan kehendakku.
Disaat semua sedang terlelap oleh malam. Hening menjadi kian basah oleh rintik kepalsuan. Refleksi yang akan menuntaskan.
Tidak akan pernah aku menanti, aku hanya bertahan dalam ruang dan dimensi yang sengaja ARUS ciptakan.
Tidak semestinya hal tersebut terjadi. Mencoba berdiri tegak akan selalu terombang-ambing, dan terlentang pun akan buat mati dinamika.
Arus tidaklah penting untuk dilawan. Arus adalah rutinitas, mengikuti namun tidak tergerus. Dan tidak semestinya aku membuat arus sendiri, karena itu bukan kehendakku.
Disaat semua sedang terlelap oleh malam. Hening menjadi kian basah oleh rintik kepalsuan. Refleksi yang akan menuntaskan.
Tidak akan pernah aku menanti, aku hanya bertahan dalam ruang dan dimensi yang sengaja ARUS ciptakan.
01 January 2010
DIAM
Ternyata diam itu menarik, seperti kembali ke habitat masa kecil. Menjadi diam bukanlah kesalahan, menjadi diam bukanlah ketiadaan. Aku ingin menjadi pendiam,dan diam.
Namun, aku berpikir kenapa harus diam? ya, aku ditakdirkan menjadi pendiam... tapi kata orang kini aku bukan pendiam lagi. Itu salah besar! aku masih saja pendiam, anak pendiam yang tidak tahu apa-apa.
Menjadi pendiam aku kini akan banyak tidur, seperti kerbau tolol. Tidur dalam diam. tidur untuk menjadi diam.
Teriak!!! jangan, aku dah lelah teriak,
Kritis!!! jangan, Pengkritisan hanya menyengsarakan
Buka-bukaan!!! jangan, emang negara ini aib-nya mau di buka.
Menjadi pendiam dan diam atau didiamkan. Segala bentuk dari konsekuensi adalah diam, dan diam hanya akan menjadi peribadatan bagi kematian.
aku selalu diam dalam teriak, namun senantiasa bersahaja dalam bijak diam.
Namun, aku berpikir kenapa harus diam? ya, aku ditakdirkan menjadi pendiam... tapi kata orang kini aku bukan pendiam lagi. Itu salah besar! aku masih saja pendiam, anak pendiam yang tidak tahu apa-apa.
Menjadi pendiam aku kini akan banyak tidur, seperti kerbau tolol. Tidur dalam diam. tidur untuk menjadi diam.
Teriak!!! jangan, aku dah lelah teriak,
Kritis!!! jangan, Pengkritisan hanya menyengsarakan
Buka-bukaan!!! jangan, emang negara ini aib-nya mau di buka.
Menjadi pendiam dan diam atau didiamkan. Segala bentuk dari konsekuensi adalah diam, dan diam hanya akan menjadi peribadatan bagi kematian.
aku selalu diam dalam teriak, namun senantiasa bersahaja dalam bijak diam.
Subscribe to:
Posts (Atom)