Tak lekang waktu keindahan khatulistiwa. Bumi tersenyum menatap optimis hari esok. Embun mengibaskan ruang datar laras kulit. Meresap pertanda sehabis hujan.
Aroma sunyi sirnah dengan sebuah harapan. Terlepas masa suram dalam penat. Begitulah kira-kira jika menjadi manusia optimistik.
Lepaskan dalam pantai riuh gemerisik ombak. Tertawa kanak dalam jemari liar. Menyapa sang bidadari alam. Ku terperanjak paras senja.
Merona bukan merana. Cerialah ke hadap-Nya. Bahagiakan sekitar dengan jalan pikir yang menentang dunia. Meletakkan kerendahan, Namun menjulang kekayaan hati.
15 September 2010
09 September 2010
Bangkai Polutan Kemaren
Ramadhan 2010. Bulan yang telah berakhir. Bulan yang penuh berkah. Percepatan yang begitu cepat dan melelahkan.
Jatuh terseret gelombang manusiawi. Terekam jelas berdiri keterpaksaan. Mencoba berlari, tapi itu bukan aku.
Putaran laras hati. Menggeliat menjauh kalah. Mengalah dan berada pada serpihan yang tak berakal. Namun ada cahaya dijuang pendidikan.
Nilai tak terbatas menyadarkan senyum. Menggapai dengan sentuhan dingin. Pencipta tahu akan arti keringat. Seraya bernafas ditengah kota.
Jatuh terseret gelombang manusiawi. Terekam jelas berdiri keterpaksaan. Mencoba berlari, tapi itu bukan aku.
Putaran laras hati. Menggeliat menjauh kalah. Mengalah dan berada pada serpihan yang tak berakal. Namun ada cahaya dijuang pendidikan.
Nilai tak terbatas menyadarkan senyum. Menggapai dengan sentuhan dingin. Pencipta tahu akan arti keringat. Seraya bernafas ditengah kota.
05 September 2010
Retorika Kubang Kematian
Bicara perang, Ngomong harga diri, di warung kopi, di jalanan, media beramai-ramai memberitakan...
Seperti inikah para penjajah omongan bicara
Beretorika dalam kubang kematian
Tidak henti-hentinya permasalahan menghujam bangsa ini...
Ketamakan, kerakusan, dan ke-tidak-adilan menggelayut tidak mau pergi
Bermacam profesi penuh dengan pikir licik
Mencari ruang tengah untuk ketenangan
Damai, hijau, keindahan, keharmonisan... Rinduku pada kalimat tersebut
Seperti inikah para penjajah omongan bicara
Beretorika dalam kubang kematian
Tidak henti-hentinya permasalahan menghujam bangsa ini...
Ketamakan, kerakusan, dan ke-tidak-adilan menggelayut tidak mau pergi
Bermacam profesi penuh dengan pikir licik
Mencari ruang tengah untuk ketenangan
Damai, hijau, keindahan, keharmonisan... Rinduku pada kalimat tersebut
31 August 2010
HUTAN BUKAN MILIK KORUPTOR
Yang namanya Koruptor hanya pantas dihukum pancung. Apalagi Koruptor yang maen dengan pengusaha perusak hutan, dan yang lebih parah koruptor yang berdikari dengan para peneliti penghancur hutan.
Bedebah...
Kita hanya di warisi bencana. Kita dibuat bertengkar dengan sesama aktifis lingkungan. Peneliti dikerdilkan hanya dengan uang dan rasa takut.
Bedebah Koruptor...
Kaum intelektual sibuk ngurusin perut buncitnya. Tanpa pernah memikirkan sejengkal dari keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan manusia. Hutan dibabat sebagai warisan, dan pewaris hanya nriman atau ribut tanpa esensi yang jelas.
Bedebah...
Kita hanya di warisi bencana. Kita dibuat bertengkar dengan sesama aktifis lingkungan. Peneliti dikerdilkan hanya dengan uang dan rasa takut.
Bedebah Koruptor...
Kaum intelektual sibuk ngurusin perut buncitnya. Tanpa pernah memikirkan sejengkal dari keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan manusia. Hutan dibabat sebagai warisan, dan pewaris hanya nriman atau ribut tanpa esensi yang jelas.
Subscribe to:
Posts (Atom)